Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Tradisi Nganggung Warnai Idul Adha di Pangkalpinang, Makan Bersama Dalam Dulang Jadi Simbol Kebersamaan

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Tradisi Nganggung Warnai Idul Adha di Pangkalpinang, Makan Bersama Dalam Dulang Jadi Simbol Kebersamaan
Foto: Tradisi "Nganggung" di Masjid Jami’ Pangkalpinang pererat silaturahmi usai Shalat Idul Adha(Sumber: ANTARA/Aprionis).

Pantau - Masjid Jami' Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menggelar tradisi "Nganggung" atau makan bersama dalam dulang sebagai bagian dari perayaan Idul Adha 1446 Hijriah pada Jumat, 6 Juni 2025.

Kegiatan ini dilakukan setelah Shalat Idul Adha yang diikuti oleh sekitar seribu umat dan berlangsung dalam suasana aman, lancar, dan khusyuk.

Makna Tradisi Nganggung Bagi Masyarakat

Musidi, pengurus Masjid Jami' Pangkalpinang, menyampaikan bahwa tradisi ini bertujuan memperkuat silaturahmi antara pengurus dan jamaah masjid.

"Nganggung" merupakan kebiasaan masyarakat Pangkalpinang dalam merayakan hari-hari besar keagamaan seperti Idul Adha, Idul Fitri, dan Maulid Nabi.

Warga membawa makanan Lebaran dalam dulang untuk dimakan bersama di masjid sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.

Musidi menekankan bahwa tradisi ini memiliki nilai sakral dan bersejarah, serta menjadi momen untuk saling mendoakan pengurus, jamaah, dan masyarakat yang telah wafat agar amal ibadah mereka diterima oleh Allah SWT.

Proses Pelaksanaan Tradisi dan Nilai Sosial

Ridwan, warga Pangkalpinang, menjelaskan bahwa tradisi dimulai dengan doa bersama, pembacaan selawat nabi, ayat suci Al-Qur’an, dan ceramah agama.

Setelah itu, dulang dibuka secara serentak atas izin imam masjid sebagai tanda dimulainya makan bersama.

Ridwan juga menambahkan bahwa makanan dalam dulang sebaiknya dihabiskan karena jika habis dimakan jamaah, hal itu dianggap membawa kebahagiaan bagi yang membawa makanan.

Dalam rubrik tambahan "Baca juga", disorot berbagai tradisi Idul Adha dari daerah lain di Indonesia, seperti Manampuang di Agam, Ngejot di Bali, Apitan di Jawa Tengah, Manten Sapi di Jawa Timur, dan celup kaki ke darah kurban di Palembang.

Penulis :
Balian Godfrey