
Pantau - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut Kirab Malam 1 Suro yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai magnet kebudayaan yang sarat makna spiritual dan historis, sekaligus simbol kuat pelestarian tradisi Jawa yang menginspirasi.
Tradisi Tapa Bisu Sarat Makna Filosofis dan Spiritual
Kirab Malam 1 Suro merupakan tradisi tahunan Keraton Surakarta dalam rangka menyambut Tahun Baru Jawa (1 Suro), yang dijalankan secara khidmat dengan penuh simbolisme dan nilai-nilai leluhur.
"Harapan kita bersama, kegiatan-kegiatan budaya seperti ini yang berpusat di Keraton Surakarta akan terus terawat, berkembang, semakin meriah, dan terus menjadi magnet kebudayaan yang menginspirasi," ungkap Fadli Zon.
Prosesi dimulai dengan doa bersama di Pendhapa Ageng dan dilanjutkan dengan kirab mengelilingi kota Solo dalam suasana tapa bisu—tanpa suara dan tanpa alas kaki—sebagai bentuk laku batin dan kontemplasi spiritual.
Peserta kirab berjalan kaki sejauh 7 hingga 8 kilometer mengelilingi area luar tembok keraton, dengan penuh kesungguhan dan kesadaran diri.
Kirab ini memiliki makna spiritual yang mendalam sebagai bentuk refleksi diri, pengendalian diri, dan doa keselamatan bagi masyarakat dan bangsa.
Lebih dari sekadar prosesi, kirab ini juga menjadi ajang pemersatu masyarakat dalam nilai-nilai luhur, menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam kesadaran spiritual kolektif.
Kirab Keraton Surakarta: Unik, Sakral, dan Penuh Simbol
Kirab yang diselenggarakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat memiliki karakteristik yang berbeda dengan Kirab Mangkunegaran.
Kirab Keraton dilangsungkan pada dini hari dengan rute yang lebih panjang hingga ke luar tembok keraton, sementara Kirab Mangkunegaran dilaksanakan lebih awal pada malam yang sama dengan rute yang lebih terbatas.
Barisan kirab Keraton Surakarta dipimpin oleh Kebo Bule Kyai Slamet, seekor kerbau pusaka yang dianggap suci dan dipercaya membawa berkah bagi masyarakat.
Di belakang Kebo Bule, barisan kirab diisi oleh abdi dalem, cucuk lampah, prajurit keraton, keluarga besar Kasunanan Surakarta, serta masyarakat umum yang telah menjalani ritual sebelumnya di dalam keraton.
Kirab Malam 1 Suro ini tidak hanya menjadi warisan budaya tak benda, tetapi juga cermin spiritualitas masyarakat Jawa dalam merawat harmoni dengan alam, leluhur, dan sesama.
- Penulis :
- Aditya Yohan