
Pantau - Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) mendorong lulusan perguruan tinggi untuk memanfaatkan peluang kerja di berbagai negara yang mengalami aging population, di tengah surplus angkatan kerja produktif di dalam negeri.
Dunia Kerja Global Terbuka Lebar untuk PMI
P2MI mencatat bahwa saat ini banyak negara di dunia mengalami kondisi aging population, yaitu meningkatnya persentase penduduk lansia dibandingkan usia muda, sehingga menciptakan permintaan tinggi terhadap tenaga kerja produktif dari luar negeri.
"Momentum saat ini, kita surplus angkatan kerja yang produktif dan di saat bersamaan banyak negara di dunia mengalami aging population," ujar perwakilan P2MI.
Beberapa negara bahkan didominasi oleh penduduk berusia 70–80 tahun, sehingga peluang kerja terbuka lebar bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI), termasuk sebagai tenaga profesional.
"Ini merupakan dunia yang terbuka luas. Kesempatan untuk kita bisa meningkatkan dan mempromosikan bagaimana value dari pekerja migran Indonesia," lanjutnya.
Gaji PMI Tinggi, Skill dan Bahasa Jadi Kunci
P2MI menegaskan bahwa gaji yang ditawarkan untuk PMI di luar negeri jauh lebih tinggi dibandingkan upah minimum provinsi di Indonesia yang rata-rata sekitar Rp3 juta.
PMI dengan latar belakang pendidikan SMP bisa meraih penghasilan sekitar Rp20 juta di Korea, Rp30–40 juta di Jepang, hingga mencapai Rp80 juta di beberapa negara Eropa.
Namun demikian, kesiapan skill dan penguasaan bahasa asing menjadi syarat utama untuk dapat bersaing di pasar kerja global.
"Skill bahasa ini sangat penting karena mempengaruhi keberhasilan kita di negara tujuan," tegas P2MI.
Oleh karena itu, P2MI mendorong para lulusan untuk mulai berlatih bahasa asing melalui berbagai cara seperti internet, komunitas belajar, maupun kursus.
Langkah ini diharapkan dapat membuka peluang lebih luas bagi lulusan perguruan tinggi Indonesia untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di negara-negara yang tengah mengalami krisis demografi akibat aging population.
- Penulis :
- Aditya Yohan