
Pantau - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya kepemimpinan kolaboratif, adaptif, dan berbasis data dalam menghadapi tantangan global saat memberikan kuliah umum kepada 220 peserta pendidikan Lemhannas di Istana Wapres, Jakarta, pada Senin, 14 Juli 2025.
Kepemimpinan Kolaboratif untuk Stabilitas Nasional
Para peserta terdiri dari 110 peserta Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) angkatan XXV dan 110 peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) angkatan LXVIII.
Dalam pemaparannya, Wapres Gibran menekankan bahwa kepemimpinan dari jalur birokrasi, militer, maupun sipil harus selaras dalam mendukung agenda strategis nasional Presiden Prabowo Subianto.
"Kita harus satu visi, satu tujuan, satu komando mewujudkan visi, misi, program dari Bapak Presiden," ungkapnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menghilangkan ego sektoral demi kelancaran program lintas sektor.
"Kita harus bekerja sama. Hilangkan ego sektoral atau merasa paling hebat sendiri. Kita harus menjaga situasi tetap kondusif. Tidak ada negara yang bisa tumbuh dalam keadaan tidak stabil atau tidak kondusif," ia mengungkapkan.
Gibran mencontohkan keberhasilan program ketahanan pangan yang melibatkan kementerian/lembaga, TNI, dan Polri, yang menghasilkan panen raya tebu dan jagung di berbagai daerah.
Ia juga meminta peserta aktif turun ke lapangan sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap masyarakat.
"Turun ke lapangan itu bukan pencitraan atau mencari exposure. Tidak. Dialog langsung dengan warga, dialog langsung dengan pelaku UMKM, dialog langsung dengan petani, itu penting sekali," tegasnya.
Hilirisasi dan Bonus Demografi Jadi Kunci Indonesia Emas
Wapres juga menyoroti pentingnya hilirisasi industri, kemandirian energi dan pangan, serta penguatan sumber daya manusia sebagai pilar utama menuju Visi Indonesia Emas 2045.
"Hilirisasi, itu penting sekali. Kita tidak boleh lagi mengirim barang mentah, kita harus mengejar nilai tambah dari kegiatan-kegiatan downstreaming ini. Kalau enggak, ya, kita selamanya akan diremehkan negara-negara lain. Ini kebetulan ada teman-teman dari negara lain juga," ujar Gibran.
Ia menekankan pentingnya merespons potensi bonus demografi dengan program-program konkret seperti Sekolah Rakyat, Koperasi Desa Merah Putih, dan pengembangan kendaraan listrik nasional.
"Anak-anak muda usia produktif. Nah, ini yang harus kita dorong terus. R&D (penelitian dan pengembangan) penting, tapi R&D yang harus di-follow up dan bisa memberikan multiplier effect yang baik ke masyarakat," katanya.
Ia menyebut bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG), Cek Kesehatan Gratis (CKG), dan kurikulum artificial intelligence dan coding sejak dini merupakan bentuk investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa.
"Kalau di negara-negara lain, ada krisis populasi, ada fenomena aging population, seperti Jepang, Korsel. Kita harus bersyukur ini, kita sedang mendapatkan bonus demografi. Jadi, kita mengubah future challenge menjadi future opportunity," ungkap Gibran.
Menutup kuliah umumnya, Wapres Gibran mengajak para peserta menjadi agen perubahan dalam menjaga stabilitas dan mempercepat pembangunan nasional.
"Saya yakin Bapak-Ibu semua adalah pemimpin yang berdedikasi, yang mampu membawa Indonesia menjadi negara maju dan meraih Indonesia Emas. Mari bersama kita bersatu membangun bangsa yang kita cintai ini," pungkasnya.
- Penulis :
- Shila Glorya










