
Pantau - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memperkuat koordinasi lintas lembaga untuk mempersiapkan pembentukan rescue center serta pelatihan keselamatan bagi pemandu wisata gunung di Indonesia, sebagai tindak lanjut dari insiden yang menimpa WNA asal Brasil di Gunung Rinjani.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto, menyatakan bahwa saat ini program tersebut masih dalam tahap persiapan dan pemetaan kebutuhan di lapangan.
"Saat ini, pembentukan rescue center dan pelatihan bagi pemandu wisata gunung sedang dalam tahap persiapan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta.
Sinergi Lintas Lembaga dan Sertifikasi Pemandu
Informasi tersebut disampaikan dalam Rapat Persiapan Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Pemandu Wisata Gunung yang digelar pada 10 Juli 2025 dan melibatkan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), BASARNAS, LSP Pramindo, serta perwakilan Asosiasi Pendaki Gunung Indonesia (APGI) Nusa Tenggara Barat.
BASARNAS menyatakan komitmennya mendukung pelatihan keselamatan dan standardisasi destinasi wisata, termasuk pelatihan pertolongan pertama dan teknik evakuasi di medan ekstrem.
Pemerintah dan BTNGR telah menginisiasi pembentukan posko terpadu di kawasan Sembalun, serta mengirimkan delapan personel untuk mengikuti sertifikasi rescue di Bandung.
Kemenpar juga tengah memetakan jumlah pemandu dan porter yang aktif, termasuk status sertifikasi mereka.
"Fokus tahun ini adalah sertifikasi pemandu baru, sedangkan pemandu lama yang sertifikasinya telah kedaluwarsa direncanakan untuk disertifikasi ulang pada tahun depan," jelas Hariyanto.
Modul pelatihan yang telah disusun mencakup materi keselamatan, mitigasi risiko, vertical rescue, serta bantuan hidup dasar sebagai standar pelatihan nasional.
Rencana Jangka Menengah dan Panjang
Dalam rencana jangka menengah, Kemenpar bersama mitra akan menambah alat evakuasi darurat di pos shelter pendakian, mengadakan pelatihan tambahan untuk pemandu dan porter, serta menerapkan digitalisasi Jalur Rinjani 360 sebagai bahan briefing visual untuk para pendaki.
Sementara itu, rencana jangka panjang mencakup pembangunan dan penambahan pos shelter di jalur pendakian serta penyediaan peralatan darurat penyelamatan di setiap titik.
Meski pelaksanaan di lapangan belum berjalan sepenuhnya, koordinasi antarinstansi dilaporkan terus berlangsung secara intensif.
Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan standar keselamatan wisata gunung nasional sekaligus memperkuat kapasitas para pemandu wisata sebagai garda terdepan dalam mitigasi risiko.
- Penulis :
- Aditya Yohan