
Pantau - Pemerintah terus menggencarkan dua program utama, yakni listrik desa (lisdes) dan bantuan pasang baru listrik (BPBL), untuk menerangi wilayah hingga pelosok Tanah Air sekaligus mewujudkan keadilan energi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Komitmen Pemerintah Hadirkan Keadilan Energi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa kedua program tersebut merupakan wujud komitmen pemerintah dalam memastikan seluruh masyarakat dapat menikmati listrik tanpa terkecuali. “Program lisdes ini wujud nyata arahan Presiden Prabowo Subianto agar seluruh desa di Indonesia menikmati listrik paling lambat tahun 2029–2030,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa program lisdes dan BPBL menjadi penopang utama transformasi sosial dan pembangunan ekonomi hingga ke pelosok negeri.
Salah satu lokasi penerapan program lisdes adalah Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat. Sebelum adanya program ini, warga hanya mengandalkan sinar rembulan dan lampu minyak untuk penerangan. Kini, rumah-rumah kayu di lereng gunung tersebut telah memancarkan cahaya dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Anggi.
Warga setempat, Elias Inyomusi, mengatakan, “Semua rumah itu harus dapat listrik, supaya anak-anak bisa belajar, mamak-mamak bisa masak dengan lampu yang terang.”
Listrik kini bukan sekadar sumber cahaya, tetapi juga menjadi simbol perubahan sosial dan pendidikan. Warga lainnya, Piti Inyomusi, menambahkan, “Dengan lampu ini, anak-anak kami bisa belajar, pintar, bersaing dengan distrik lain. Terima kasih, kami tetap di NKRI.”
PLTMH dan PLTS Jadi Solusi untuk Daerah Terpencil
Pembangunan PLTMH Anggi merupakan bagian dari program strategis Kementerian ESDM yang menjadikan Kabupaten Pegunungan Arfak sebagai satu-satunya wilayah di Indonesia yang seluruh listriknya bersumber dari energi baru dan terbarukan (EBT).
Program serupa juga diterapkan di Desa Bandar Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Salah satu warga, Ruslam, menceritakan bahwa sebelumnya anak-anaknya hanya belajar dengan lampu redup dan istrinya tidak bisa menjahit jika bahan bakar habis. “Kini, listrik mengubah segalanya. Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, saya bisa istirahat dengan tenang,” ujarnya.
Kementerian ESDM mencatat masih terdapat sekitar 5.700 desa dan 4.400 dusun yang belum menikmati listrik. Untuk mengatasi hal tersebut, program lisdes 2025 menargetkan 1.285 lokasi baru dengan pembangunan 4.770 kilometer jaringan tegangan menengah, 3.265 kilometer jaringan tegangan rendah, serta gardu berkapasitas 94.040 kVA.
Bagi desa-desa yang sulit dijangkau jaringan PLN, pemerintah menyiapkan solusi melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) komunal dan PLTS individual yang dilengkapi baterai.
Sementara itu, program BPBL menyasar 215.000 rumah tangga miskin di 36 provinsi agar dapat menikmati listrik gratis lengkap dengan instalasi rumah tangga dan token perdana senilai Rp100.000.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti