
Pantau - Rombongan Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Kampung Batik Laweyan di Surakarta, Jawa Tengah, dalam rangka mendukung pelestarian budaya lokal, khususnya batik yang menjadi bagian dari identitas nasional.
Ketua Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menegaskan pentingnya menjaga dan melestarikan budaya sebagai jati diri bangsa.
"Kita harus melestarikan budaya kita dan ini adalah identitas kita," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa batik telah menjadi salah satu ikon Indonesia di mata dunia.
"Indonesia itu apa, salah satunya batik yang sudah sangat dikenal di luar negeri, bahkan tekstil dan fesyen di Afrika, mereka mengembangkan dari batik," ia mengungkapkan.
Komisi VII Apresiasi Upaya Pelestarian Budaya
Komisi VII DPR RI memberikan apresiasi atas misi Kampung Batik Laweyan yang aktif mengenalkan batik kepada masyarakat sejak usia dini.
Rahayu Saraswati juga berharap pelestarian batik tidak hanya menjadi tugas industri batik semata, tetapi melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Selain itu, Komisi VII mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat produk lokal melalui kebijakan dan regulasi.
"Termasuk apakah perda bisa diterbitkan, agar siapapun yang memproduksi bisa pakai bahan baku dari serat alam dari lokal. Dari itu bisa menciptakan perputaran ekonomi yang lebih kuat. Bukan hanya batik dan di Solo saja tapi juga tenun dan lainnya, ini agar bisa meningkatkan daya saing kita," tuturnya.
Edukasi Batik Sejak Dini dan Inovasi Berbasis IT
Alpha Febela Priyamono, pegiat batik dan pemilik Batik Mahkota, menjelaskan bahwa Kampung Batik Laweyan memiliki visi Laweyan Smart Kampung yang menggabungkan pelestarian budaya dengan pendekatan teknologi informasi dan prinsip ramah lingkungan.
"Kami mengembangkan budaya secara kreatif, inovatif berbasis IT (Teknologi Informasi), juga harus ramah lingkungan. Dalam rangka mengembangkan budaya itu maka kita mengenalkan khususnya budaya batik, karena di Jawa ya disesuaikan tradisi Jawa, sudah kami mulai sejak anak kecil," jelasnya.
Anak-anak usia PAUD dan TK di kawasan tersebut diperkenalkan pada proses membatik sebagai bagian dari pendidikan karakter.
"Dengan tema batik, Aksara Jawa, Asmaul Husna, karena ternyata batik itu bisa membentuk karakter, karena tergantung dari tema atau motif dari yang dia batik," tambahnya.
Menurut Alpha, proses membatik menumbuhkan nilai-nilai seperti kesabaran dan konsentrasi.
"Kalau tema bagus, memasukkan dalam pikiran dan hati tentang apa yang dia batik sehingga ini sangat dibutuhkan karena harus dilestarikan. Perlu ada nilai tambah story telling. Ini bisa jadi aset wisata kreatif yang luar biasa," ia menegaskan.
- Penulis :
- Arian Mesa