
Pantau - Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurrofiq, menegaskan bahwa perguruan tinggi di Indonesia harus menjadi garda terdepan dalam mendorong pembangunan hijau yang berbasis ilmu pengetahuan.
Pernyataan tersebut disampaikan saat Hanif menjadi pembicara kunci dalam Forum Rektor Kolaborasi KLH/BPLH dengan Perguruan Tinggi dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang digelar di Jakarta pada Senin, 28 Juli 2025.
"Perguruan tinggi harus menjadi garda depan dalam pembangunan hijau berbasis ilmu pengetahuan," ujarnya.
Hadapi Krisis Lingkungan, Peran Kampus Dinilai Strategis
Hanif menyampaikan bahwa peran perguruan tinggi sangat penting sebagai agen perubahan nilai, ilmu pengetahuan, dan arah kebijakan negara.
Pembangunan hijau berbasis riset dan inovasi menjadi kebutuhan mendesak untuk menjawab persoalan lingkungan yang semakin kompleks di Indonesia.
Salah satu isu utama yang disoroti adalah rendahnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) di berbagai daerah.
IKLH nasional pada 2024 tercatat sebesar 73,53, namun sebanyak 150 daerah masih berada di bawah ambang batas kelayakan dengan skor di bawah 65.
"Angka 73,53 tentu merupakan angka yang tinggi, namun sejatinya angka ini adalah angka rata-rata nasional, mungkin ditopang sebagian besar oleh teman-teman di Papua, di Kalimantan. Akan tetapi, untuk Pulau Jawa, IKLH ini jauh dari kelayakan untuk kita hidup," jelas Hanif.
IKLH sendiri merupakan nilai komposit dari Indeks Kualitas Air (IKA), Indeks Kualitas Udara (IKU), dan Indeks Kualitas Lahan (IKL), serta digunakan sebagai instrumen kebijakan dalam perlindungan lingkungan.
Krisis Sampah Jadi Sorotan Serius
Hanif juga menyoroti persoalan sampah sebagai isu yang paling dirasakan masyarakat secara langsung.
Ia mengungkapkan bahwa sekitar 40 persen permasalahan lingkungan yang dirasakan masyarakat berkaitan langsung dengan penanganan sampah.
Pada 2023, Indonesia menghasilkan sampah hingga 56,63 juta ton, yang setara dengan rata-rata 0,5 hingga 0,75 kilogram sampah per orang per hari.
"Angka ini merepresentasikan bahwa angka konversi sampah masing-masing jiwa kita di angka 0,5 sampai 0,75 kilogram per hari. Ini yang menjadi sangat serius," tegasnya.
Hanif berharap agar kampus-kampus di seluruh Indonesia benar-benar mampu mengambil peran sebagai pemimpin pembangunan hijau yang berlandaskan ilmu pengetahuan.
- Penulis :
- Aditya Yohan