billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Gubernur Bali Targetkan Turyapada Tower Beroperasi 2026 dan Hasilkan Pendapatan Lima Tahun Kemudian

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Gubernur Bali Targetkan Turyapada Tower Beroperasi 2026 dan Hasilkan Pendapatan Lima Tahun Kemudian
Foto: Gubernur Bali Wayan Koster jelaskan sumber pendapatan baru dari Turyapada Tower mulai 2026, Denpasar (sumber: ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari)

Pantau - Gubernur Bali, Wayan Koster, menargetkan Turyapada Tower mulai menghasilkan pendapatan pada akhir tahun 2026 dan menjadi sumber pendapatan baru bagi provinsi.

Dalam Sidang Paripurna DPRD Bali, Koster menyampaikan bahwa pembangunan jalan masuk dan penataan kawasan Turyapada Tower ditargetkan rampung pada akhir Agustus 2026, sesuai kontrak yang telah ditetapkan.

Ia menyatakan keyakinannya terhadap potensi ekonomi dari menara ini dan menyebut bahwa banyak pihak sudah mengunjungi lokasi proyek di Sukasada, Buleleng, serta memberikan respons positif terhadap pengembangan kawasan tersebut.

Turyapada Tower dibangun setinggi 115 meter di atas bukit dengan ketinggian 1.521 meter di atas permukaan laut.

Koster menekankan keindahan panorama dari titik nol menara yang memungkinkan pengunjung melihat Danau Bratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan, kawasan hutan, dan pegunungan sekitar.

"Wah keren, seperti di langit kita," ia mengungkapkan menggambarkan suasana dari atas menara.

Potensi Ekonomi dan Perubahan Skema Pembangunan

Menurut Koster, tiket masuk ke Turyapada Tower nantinya akan berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta, lebih terjangkau dibanding menara wisata dunia lain yang tiketnya bisa mencapai Rp1,5 juta.

Pendapatan akan diperoleh dari tiket masuk serta fasilitas dalam menara seperti museum, restoran putar, restoran statis, skywalk, jembatan kaca, dan ruang pertemuan.

Pembangunan Turyapada Tower ditargetkan selesai tahun 2026 karena adanya perubahan skema pembangunan.

Awalnya, anggaran belanja modal sebesar Rp260 miliar direncanakan untuk tahun 2025, namun diubah menjadi Rp158,9 miliar pada 2025 dan sisanya akan dilanjutkan pada 2026.

Dengan total anggaran pembangunan sebesar Rp600 miliar, proyek ini diperkirakan mencapai titik impas dalam waktu lima tahun setelah mulai beroperasi.

Tolak Swasta, Fokus pada Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Koster mengungkapkan bahwa pihak swasta sempat berminat mengambil alih pengelolaan kawasan wisata ini, namun ditolak oleh Pemerintah Provinsi Bali.

Penolakan ini dilakukan demi menjaga potensi keuntungan penuh serta mendorong pertumbuhan ekonomi Buleleng secara langsung.

"Selama ini kita membangun hanya untuk yang menghabiskan uang, tunggu lagi setahun, sabar, pasti jadi lah barang itu," ungkapnya menegaskan bahwa proyek ini dibangun untuk hal yang produktif dan menghasilkan uang bagi daerah.

Penulis :
Shila Glorya