
Pantau - Kementerian Transmigrasi (Kementrans) akan menempatkan sebanyak 1.394 kepala keluarga (KK) sebagai transmigran di berbagai wilayah Indonesia pada bulan November dan Desember 2025, naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 131 KK.
"Yang membedakan pola transmigrasi lama dan baru adalah kalau dulu output-nya seberapa banyak penduduk yang bisa dikirimkan dari daerah padat ke daerah cukup jarang. Pola pikir sekarang output-nya adalah seberapa banyak rakyat yang bisa disejahterakan di kawasan-kawasan yang sudah ditentukan sebagai kawasan transmigrasi," ungkap perwakilan Kementrans.
Rincian Penempatan Transmigran Lokal dan Trans Karyanusa
Dari total 1.394 KK, sebanyak 1.314 KK berasal dari wilayah sekitar atau disebut transmigran lokal (trans lokal), sementara 80 KK merupakan transmigran antarpulau dari Jawa dan Bali (trans karyanusa).
Rincian penempatan trans lokal adalah sebagai berikut:
- 504 KK di kawasan Rempang, Kota Batam
- 100 KK di kawasan Salor, Kabupaten Merauke
- 290 KK di kawasan Jelai, Kabupaten Sukamara
- 50 KK di kawasan Kerang, Kabupaten Paser
- 55 KK di kawasan Salim Baru, Kabupaten Bulungan
- 35 KK di kawasan Tampolore, Kabupaten Poso
- 65 KK di kawasan Tubbi Taramanu, Kabupaten Polewali Mandar
- 115 KK di kawasan Pitu Riase, Kabupaten Sidrap
- 50 KK di kawasan Sagea Waleh, Kabupaten Halmahera Tengah
- 50 KK di kawasan Melolo, Kabupaten Sumba Timur
Sementara penempatan trans karyanusa direncanakan sebagai berikut:
- 15 KK di Tampolore, Kabupaten Poso
- 35 KK di Tubbi Taramanu, Kabupaten Polewali Mandar
- 30 KK di Pitu Riase, Kabupaten Sidrap
Anggaran dan Kolaborasi Swasta
Untuk mendukung program ini, Kementrans menyiapkan anggaran sebesar Rp1,89 triliun pada 2025, termasuk tambahan Rp1,77 triliun yang baru saja disetujui oleh Komisi V DPR RI.
Selain dana dari APBN, Kementrans juga menggandeng pihak swasta untuk turut mendukung pembiayaan program transmigrasi.
Salah satu pilot project transmigrasi sedang dijalankan di Melolo, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), daerah dengan tingkat kemiskinan sekitar 27 persen.
"Kami sudah bicara dengan salah satu investor yang ada di sana (Sumba Timur). Di sana, industri yang sedang dikembangkan adalah tebu. Tebu ini memiliki nilai manfaat yaitu pertama untuk gula atau pangan yang bisa menuju kepada swasembada pangan. Kemudian, kedua adalah untuk swasembada energi. Kami sudah bicara dengan dunia usahanya, investornya, itu bisa sampai menghasilkan 22 MW," jelas pihak Kementrans.
Program transmigrasi ini diharapkan tidak hanya menjadi solusi pemerataan penduduk, tetapi juga menciptakan kawasan transmigrasi yang mandiri dan berdaya saing melalui pendekatan kolaboratif dan berkelanjutan.
- Penulis :
- Aditya Yohan