HOME  ⁄  Nasional

Dewan Pengawas KE-JKT Dorong Komersialisasi Kekayaan Intelektual untuk Ekosistem Berkelanjutan

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Dewan Pengawas KE-JKT Dorong Komersialisasi Kekayaan Intelektual untuk Ekosistem Berkelanjutan
Foto: JKT), Mochtar Sarman (kedua dari kanan) dalam diskusi panel tentang “Governing Creativity: Jakarta’s Role in Shaping the IP Economy” di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Jumat (1/8/2025). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa.)

Pantau - Dewan Pengawas Komite Ekonomi Kreatif Jakarta (KE-JKT) menekankan pentingnya komersialisasi kekayaan intelektual (KI) sebagai langkah utama untuk menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dan produktif di sektor ekonomi kreatif.

Komersialisasi Jadi Kunci Perputaran Ekosistem KI

Anggota Dewan Pengawas KE-JKT, Mochtar Sarman, menyatakan bahwa ekosistem kekayaan intelektual tidak akan berjalan optimal jika tidak dikomersialisasikan.

"Kalau kita bicara ke kekayaan inlektual, bisa berjalan kalau ekosistemnya itu juga mutar dan komersialisasinya jalan. Kalau komersialisasi tidak jalan itu karya seni namanya," ungkapnya.

Mochtar menilai masih banyak pencipta KI yang belum melihat potensi ekonomi dari karya mereka.

Ia mencontohkan bahwa pembuat film, pengembang gim, dan komikus cenderung hanya berfokus pada karya utamanya, tanpa memperluas ke bentuk komersialisasi lain.

"Melihat ekosistem misalnya merchandise-nya seperti apa, komiknya nanti seperti apa, apakah bisa dibuat gimnya. (Komersialisasi) ini seperti yang dilakukan di Hollywood," jelasnya.

Menurut Mochtar, pemerintah perlu turun tangan untuk membuka wawasan para pemilik KI terhadap peluang kolaborasi dan monetisasi.

Pemerintah bisa menjembatani kolaborasi seperti menyambungkan pembuat film ke pengembang gim atau penerbit tertentu.

"Banyak IP-IP dengan karya yang bagus ini tidak bisa take off karena tidak ada yang mengerti bagaimana komersialisasi karya mereka," tegas Mochtar.

Negara Diminta Hadir Ciptakan Ekosistem Kekayaan Intelektual

Ketua Dewan Pengawas KE-JKT, Ricky Pesik, juga menekankan pentingnya peran negara dalam membentuk ekosistem kekayaan intelektual yang terintegrasi.

"Di sektor ini, memang perlu diimplementasikan banyak kebijakan yang membunyikan sebuah jargon yang dinanti-nanti oleh pelaku. Negara hadir. Dan di situlah ekosistem sebenarnya," katanya.

Ricky menyebut pencipta KI di Indonesia tidak kekurangan kreativitas karena didukung oleh keragaman budaya dan sumber ide yang melimpah.

"Karena kita heterogen, multikultur, banyak sekali sumber-sumber ide. Bahkan dari warisan-warisan budaya kita banyak sekali," ujarnya.

Namun, ia mengakui bahwa para pelaku KI di Indonesia belum cukup fokus pada aspek monetisasi karya mereka.

"Mungkin kita adalah negara yang paling ketinggalan dalam monetisasi warisan budaya kita," tambahnya.

Penulis :
Aditya Yohan

Terpopuler