
Pantau - Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika meminta pemerintah segera mencari jalan pintas untuk mengatasi kelangkaan beras yang saat ini terjadi di berbagai daerah.
Hasil pemeriksaan Ombudsman di sejumlah pasar tradisional dan swalayan menunjukkan beras semakin langka, dengan harga termurah sudah mencapai Rp12 ribu per kilogram.
Stok Menipis di Penggilingan Besar
"Dan ternyata kelangkaan stok itu terkonfirmasi, ada penggilingan besar yang biasanya memiliki 30 ribu ton, sekarang hanya dua ribu ton. Ada yang sebelumnya memiliki lima ribu ton, sekarang 200 ton," ungkap Yeka.
Ia menegaskan pemerintah harus segera memitigasi kelangkaan beras karena waktu penanganannya sudah terbatas.
"Karena jika masalah beras betul-betul tidak tertangani maka akan berdampak kepada isu-isu lainnya," ujarnya.
Yeka juga meminta pemerintah memberikan rasa aman kepada produsen beras, baik skala besar maupun kecil, agar tidak takut terkait polemik beras oplosan.
Selain itu, ia menyarankan pemerintah melepas cadangan beras Bulog ke pasaran untuk menstabilkan harga dan pasokan.
Aturan Perlu Ditunda, Harga Harus Dipantau
Pemerintah diminta menunda atau tidak memberlakukan sementara aturan yang melarang pelaku usaha menyerap beras Bulog dari impor tahun lalu.
"Ombudsman menilai jalan pintas ke depan ini harapannya Bapanas turun untuk menunda peraturan badan soal mutu label beras," kata Yeka.
Ia menambahkan, pemerintah perlu memantau harga beras di pasar tradisional dan pasar modern, sebab harga beras di pasar tradisional kini lebih mahal dibanding di pasar modern yang masih menerapkan harga eceran tertinggi (HET).
"Persoalan HET, meminta pemerintah segera mencabut HET beras premium, biarkan swasta menyediakan beras sesuai mekanisme pasar, pemerintah bisa mengevaluasi kalau beras sudah mahal," pungkasnya.
- Penulis :
- Arian Mesa










