
Pantau - Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Regional Asia Tenggara 2018–2020, menilai perlu dilakukan survei pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jakarta sebagai bagian dari evaluasi pemerintah.
Survei dan Studi Kohort untuk Pemantauan
Prof. Tjandra menyarankan survei mencakup kepuasan penerima MBG, orang tua, guru, dan penyedia program.
Selain survei, ia menekankan pentingnya studi kohort jangka panjang untuk memantau dampak MBG terhadap gizi, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
“Studi kohort harus dilakukan beberapa tahun agar hasilnya tidak bias, dengan pengumpulan data yang cermat sesuai kaidah ilmiah,” ujarnya.
Cakupan Program dan Standar Evaluasi
Per Juli 2025, program MBG telah berjalan enam bulan dengan hampir 7 juta penerima manfaat, melebihi jumlah penduduk Singapura (5,9 juta). Per awal Agustus 2025, jumlah penerima meningkat menjadi sekitar 8 juta orang.
Evaluasi, kata Tjandra, perlu mempertimbangkan standar World Food Program yang mencakup lima kegiatan utama: penyediaan makanan bergizi, literasi gizi, suplementasi, aktivitas fisik, dan lingkungan makanan sekolah yang baik.
Aspek Gizi dan Keamanan Pangan
Ia menyoroti dua aspek kesehatan utama dalam MBG, yakni jaminan mutu gizi dan keamanan pangan.
Untuk gizi, penyelenggara program harus mengacu pada konsep “Isi Piringku”. Sementara untuk keamanan pangan, pengelola MBG wajib mematuhi prinsip keamanan pangan mulai dari bahan mentah hingga makanan tersaji.
- Penulis :
- Aditya Yohan