
Pantau - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menerapkan strategi efisiensi operasi udara untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di enam provinsi prioritas.
Efisiensi Biaya dan Pemilihan Lokasi
Kepala BNPB, Suharyanto, menyebut biaya satu menit penerbangan bisa mencapai Rp300 juta, sehingga waktu dan lokasi operasi harus dipilih dengan cermat.
"Kalau dihitung, satu menit penerbangan bisa menghabiskan Rp300 juta. Jadi, kami harus cermat memilih waktu dan lokasi penerbangan," ujarnya.
Efisiensi dilakukan dengan mengombinasikan operasi modifikasi cuaca dan water bombing menggunakan helikopter atau pesawat kecil saat titik api masih sedikit.
Tim satuan tugas penyiraman darat yang terdiri dari TNI/Polri, Manggala Agni, MPA, dan tim perusahaan pemegang izin konsesi diminta segera memadamkan titik api skala kecil sebelum meluas.
Mobilisasi Armada dan Kesiapsiagaan
BNPB menyiagakan lebih dari 10 unit pesawat dan helikopter, termasuk satu pesawat operasi modifikasi cuaca (OMC) di Provinsi Riau yang sudah terbang 139 jam 17 menit sejak awal Mei.
Operasi modifikasi cuaca di Provinsi Jambi dihentikan sementara karena tidak ada titik api dalam sepekan terakhir, dan helikopter dialihkan ke Sumatera Selatan serta Kalimantan Barat.
Strategi efisiensi ini bertujuan menjaga keberlanjutan operasi tanpa mengurangi kesiapsiagaan dan tanpa menguras anggaran berlebihan.
Armada udara dapat dipindahkan ke lokasi yang membutuhkan dalam waktu kurang dari satu hari, mengikuti prediksi cuaca BMKG.
"Prinsipnya, kami ingin cepat, tepat, dan hemat. Dengan pendekatan ini, kami memastikan operasi udara tetap efektif sekaligus memberikan ruang bagi penguatan pasukan darat dan patroli pencegahan di tingkat desa," kata Suharyanto.
- Penulis :
- Aditya Yohan