
Pantau - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengampanyekan pentingnya pendidikan yang inklusif dan berkarakter dalam pertemuan G20 Interfaith Forum (IF20) di Cape Town, Afrika Selatan, yang berlangsung pada 10–14 Agustus 2025.
Pendidikan Inklusif Sebagai Fondasi Peradaban Berkelanjutan
Dalam forum yang mengusung tema “Ubuntu in Action: Focus on Vulnerable Communities”, Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pendidikan bermutu harus inklusif dan berbasis nilai karakter sebagai dasar membangun peradaban yang damai dan berkeadaban.
Ia menyampaikan bahwa pendidikan adalah sarana paling efektif untuk menciptakan peradaban berkelanjutan yang bertumpu pada etika, moral, dan karakter.
“Tidak ada seorang pun, terutama anak-anak, yang boleh tertinggal dari pendidikan hanya karena faktor ekonomi, geografis, kondisi fisik, gender, etnis, ras, atau agama,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya literasi lintas budaya dan agama sebagai bagian dari proses pembentukan karakter.
Menurutnya, karakter tidak dibentuk secara instan, melainkan melalui pembiasaan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuh Kebiasaan Anak Hebat dan Peran Guru Sebagai Orang Tua Kedua
Sebagai respons terhadap tantangan zaman, Kemendikdasmen mengusung dua program utama untuk membangun karakter anak-anak Indonesia.
Program pertama adalah Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, yang mencakup pembiasaan: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, giat belajar, aktif bermasyarakat, dan tidur cepat.
Program kedua adalah penguatan peran guru sebagai pendidik dan pembimbing yang berperan sebagai “orang tua kedua” bagi siswa.
“Setiap guru menjadi 'orang tua kedua' bagi siswa, membimbing potensi mereka untuk tumbuh menjadi generasi unggul,” ujar Abdul Mu’ti.
Selain itu, ia memperkenalkan pendekatan pembelajaran mendalam yang akan diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia.
Pendekatan ini bertujuan agar siswa tidak hanya mengetahui, tetapi juga memahami pelajaran secara lebih menyeluruh.
Ia menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam mengedepankan tiga aspek utama: joyful, meaningful, dan mindful.
Kolaborasi Lintas Iman dan Budaya untuk Membangun Generasi Tangguh
Dalam forum IF20, Abdul Mu’ti mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam menghadapi tantangan global yang makin kompleks.
Ia menekankan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang dilakukan secara konsisten oleh sekolah, keluarga, komunitas, dan media.
“Melalui persatuan lintas budaya dan lintas iman, kita dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya berilmu, tetapi juga bijaksana dalam kehidupan sosial. Pendidikan yang inklusif adalah kunci membangun bangsa yang tangguh dan berkarakter,” tegasnya.
G20 Interfaith Forum (IF20) sendiri merupakan platform dialog antaragama yang mendorong kerja sama internasional dalam merumuskan rekomendasi kebijakan global, khususnya di tingkat G20.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti