
Pantau - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, menegaskan bahwa pendidikan menjadi penentu utama nasib bangsa dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, seratus tahun kemerdekaan Indonesia.
“Pendidikan hari ini adalah penentu nasib bangsa dalam menapaki abad kedua kemerdekaan Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa memperingati 80 tahun Indonesia merdeka berarti memastikan setiap anak Indonesia, baik yang tinggal di kota maupun desa, mendapatkan peluang belajar dan berkembang secara setara.
“Jika kita gagal mengentaskan ketimpangan dan menyiapkan generasi yang benar-benar merdeka berpikir, maka bekal menuju Indonesia Emas hanyalah retorika tanpa pijakan nyata. Mari jadikan pendidikan fondasi sejati bagi masa depan bangsa,” tegas Lalu.
Ketimpangan Pendidikan Masih Nyata
Menurut Lalu, pendidikan sejati tidak hanya soal menyelesaikan buku teks, tetapi juga membebaskan pikiran dari keterbatasan.
“Pendidikan adalah batu loncatan ke depan, bukan rantai yang mengikat,” tambahnya.
Namun ia juga mengakui bahwa kondisi pendidikan saat ini masih menyisakan ironi besar: akses pendidikan dasar memang sudah tinggi, tetapi kualitas dan kesinambungan pendidikan belum merata.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan angka partisipasi sekolah (APS) jenjang SD (usia 7–12 tahun) telah melampaui 99 persen, dan jenjang SMP (usia 13–15 tahun) juga tergolong tinggi.
Namun pada jenjang SMA (usia 16–18 tahun), APS menurun signifikan ke kisaran 70–85 persen secara nasional.
“Dan untuk kelompok usia 19–23 tahun, jenjang pendidikan tinggi, partisipasi kembali anjlok ke level 30–40 persen,” ungkapnya.
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas secara nasional saat ini adalah 9,22 tahun atau setara tamat SMP.
“Meskipun angka ini tumbuh secara perlahan, naik dari sekitar 9,13 tahun tahun sebelumnya, angka ini menyiratkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak melanjutkan pendidikan hingga SMA,” jelasnya.
Ketimpangan antarprovinsi juga masih lebar, seperti di Papua Pegunungan yang hanya memiliki rata-rata lama sekolah 5,10 tahun.
“Profil Human Development Index (HDI) juga menggambarkan Jakarta memimpin dengan harapan lama sekolah sekitar 11,49 tahun, sedangkan banyak provinsi di luar Jawa masih tertahan di angka di bawah 9 tahun,” tambahnya.
Empat Titik Reformasi Pendidikan
Untuk menjawab tantangan tersebut, Lalu mendorong reformasi pendidikan menyeluruh yang menyasar empat titik utama:
- Meningkatkan kesinambungan pendidikan hingga SMA dan partisipasi pendidikan tinggi, khususnya di daerah tertinggal, melalui pemberian beasiswa, pengurangan biaya, serta perluasan akses fisik dan digital.
- Mendorong peningkatan kualitas kurikulum dan tenaga pengajar yang relevan dengan kebutuhan abad ke-21, termasuk penguatan literasi digital, karakter, berpikir kritis, dan kemampuan kolaborasi.
- Mengurangi disparitas wilayah dengan alokasi anggaran yang sensitif terhadap kondisi geografis serta memperkuat infrastruktur pendidikan di daerah terpencil.
- Melibatkan komunitas lokal seperti orang tua, tokoh masyarakat, dan pemuda untuk ikut menjaga keberlangsungan pendidikan anak-anak di lingkungan mereka.
Lalu menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa pendidikan yang merata, inklusif, dan berkualitas adalah satu-satunya jalan menuju Indonesia Emas 2045 yang adil dan berdaya saing.
- Penulis :
- Aditya Yohan