
Pantau - Pemerintah Indonesia menargetkan komoditas unggulan seperti kakao, kopi, dan minyak kelapa sawit mendapatkan tarif impor 0 persen dari Amerika Serikat (AS) melalui negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung.
Negosiasi Perdagangan dengan AS
Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moergiarso menyatakan bahwa tim perundingan Indonesia terus berupaya agar komoditas yang tidak diproduksi di AS dapat masuk tanpa dikenakan tarif impor.
"Tinggal nunggu, nanti kita targetkan itu tarifnya nggak kena yang resiprokal, tapi bisa kita usahakan untuk negosiasi sampai 0 persen. Itu lebih penting karena itu kan konkret ada potensi ekspornya," ungkapnya.
Komoditas yang diusulkan meliputi kakao, kopi, minyak kelapa sawit, serta mineral kritis yang memiliki nilai ekspor tinggi.
Pemerintah Indonesia juga telah berkomunikasi dengan United States Trade Representative (USTR) untuk melanjutkan pembahasan daftar komoditas yang tidak bisa diproduksi oleh AS.
"Itu kita yang sudah mengajukan list program komoditasnya, termasuk kakao, kopi, sawit, kemudian produk-produk mineral semuanya," ujarnya.
Status Tarif dan Komoditas Strategis
Tarif resiprokal 19 persen antara Indonesia dan AS mulai berlaku hari ini, bersamaan dengan pengumuman tarif kepada 92 negara lain.
Tarif 19 persen yang dikenakan pada Indonesia menjadi salah satu yang terendah di Asia Tenggara, hanya di bawah Singapura yang mendapat tarif 10 persen.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut beberapa komoditas yang sudah mendapatkan tarif impor nol persen adalah konsentrat tembaga (copper concentrate) dan katoda tembaga (copper cathode), sejalan dengan diskusi strategis perdagangan mineral kedua negara.
Pemerintah juga mendorong agar komoditas strategis lain seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO), karet, kayu meranti, serta produk turunan tembaga dapat bebas tarif hingga nol persen.
- Penulis :
- Shila Glorya