
Pantau - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Gempa bumi dan Tsunami (SLG) di Kota Ternate, Maluku Utara, sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami.
Edukasi Warga dan Pemasangan Peta Tsunami Rua
Deputi Bidang Geofisika BMKG RI, Nelly Florida Riama, menjelaskan bahwa kegiatan SLG bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam menghadapi bencana.
"Kegiatan SLG ini dilaksanakan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat saat menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami," ungkapnya di Ternate.
SLG dilaksanakan di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, dan diikuti oleh warga, pelajar, serta perwakilan pemerintah kelurahan dan kecamatan.
Peserta mendapat materi tentang cara menyelamatkan diri saat gempa, baik di dalam rumah maupun gedung.
"Kalau saat terjadi gempa bumi dan posisinya berada di dalam rumah maupun gedung, bagaimana kita bisa menghindari runtuhan bangunan saat terjadi gempa bumi," ujarnya.
BMKG juga memasang Peta Tsunami Rua yang memuat tiga langkah tanggap tsunami: tanggap gempa, tanggap peringatan, dan tanggap evakuasi.
"Dalam peta itu nanti disampaikan tiga langkah tanggap tsunami. Pertama, tanggap gempa. Kedua, tanggap peringatan dan ketiga, tanggap evakuasi, sehingga masyarakat bisa melihat serta mengikuti sesuai petunjuk di dalam peta tersebut," tambahnya.
Ancaman Tsunami Nyata, Pemerintah Daerah Dukung Kegiatan
Wilayah Kelurahan Rua dinilai rawan tsunami karena berada di zona subduksi lempeng Laut Maluku.
"Model kami tadi sudah disampaikan, itu bisa sampai maksimal 13 meter dalam waktu 6 menit, sehingga dengan adanya sekolah lapang gempa bumi dan tsunami ini kita ingin masyarakat di sini tahu," jelas Nelly.
Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman, mengapresiasi langkah BMKG dan menyatakan bahwa Pemkot Ternate telah menyiapkan masyarakat menghadapi risiko bencana sejak 2007.
"Karena kita daerahnya langganan bencana, apakah itu gempa bumi, longsor, termasuk ancaman tsunami, maka mau tidak mau daerah harus menyiapkan masyarakatnya dan kita sudah melakukan itu sejak tahun 2007, termasuk menyiapkan standar operasional prosedur (SOP)-nya, menguji prosedur tetap (protap-nya). Alhamdulillahe kita tau kondisi yang berubah, sehingga tata ruang pun itu diperhatikan, tata ruang yang selalu terkait dengan kebencanaan," ujarnya.
Provinsi Maluku Utara termasuk salah satu wilayah paling rawan gempa dan tsunami di Indonesia.
Kondisi ini disebabkan karena lokasinya berada di zona subduksi lempeng Laut Maluku serta jalur subduksi Sangihe dan Halmahera.
Selama satu dekade terakhir, BMKG mencatat telah terjadi 13 kali gempa bermagnitudo 6,5 di kawasan tersebut.
Dua dari gempa tersebut, pada tahun 2014 dan 2019, bahkan menyebabkan tsunami minor.
- Penulis :
- Aditya Yohan