
Pantau - Teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) diyakini mampu menjadi alat strategis bagi perempuan untuk meningkatkan daya saing, memberdayakan diri, dan menjadi agen perubahan di era digital.
Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, MM, MSc dari Universitas Indonesia menyatakan bahwa saat ini adalah momentum penting bagi Indonesia dalam pengembangan AI.
"Ini saatnya bagi perempuan untuk mengambil bagian dari teknologi kecerdasan ini," ujarnya dalam forum yang diikuti oleh 130 perempuan lintas profesi.
Perempuan diimbau agar tidak menutup mata terhadap kemajuan teknologi, serta memanfaatkannya untuk meningkatkan kapasitas dan literasi digital.
Investasi Global dan Dukungan Pemerintah untuk Perempuan dan AI
Sejumlah inisiatif telah diluncurkan untuk mendukung pengembangan AI di Indonesia.
Microsoft mengucurkan investasi senilai 1,7 miliar dolar AS untuk pengembangan cloud, AI, serta peningkatan keterampilan digital bagi 840.000 warga Indonesia.
Selain itu, pusat keunggulan kecerdasan buatan tengah dibentuk melalui kolaborasi Indonesia, NVIDIA, dan Cisco.
Pemerintah juga meluncurkan dialog kebijakan AI sebagai langkah menuju regulasi sektoral dan penerbitan Peraturan Presiden.
Sebagai bentuk perlindungan data, UU Perlindungan Data Pribadi mulai berlaku sejak Oktober 2024, sementara Uni Eropa telah menerapkan UU Kecerdasan Buatan sejak Agustus 2024 sebagai prasyarat akses pasar.
Keberlanjutan bisnis kini semakin berbasis data, termasuk dengan munculnya Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) dari OJK.
AI dinilai mampu mendorong inklusivitas, meningkatkan efisiensi bisnis, serta mendukung tujuan keberlanjutan.
Perempuan dinilai memiliki keunggulan tersendiri karena dapat menyisipkan nilai welas asih ke dalam sistem AI, menjadikannya lebih manusiawi dan berdampak sosial positif.
Perempuan Harus Jadi Penggerak dan Pemimpin Transformasi Digital
Presiden BPW Indonesia, Dr. Giwo Rubianto Wiyogo, menegaskan pentingnya mengatasi kesenjangan digital di kalangan perempuan.
"Perempuan harus berada di garda terdepan, menjadi motor penggerak dalam kecakapan literasi digital," tegasnya.
Perempuan masih kerap menjadi korban karena kurangnya literasi digital, sehingga diperlukan pelatihan dan edukasi berkelanjutan untuk menciptakan generasi perempuan yang responsif dan adaptif terhadap teknologi.
BPW Indonesia memiliki misi mengembangkan potensi perempuan profesional dan wirausaha melalui pendidikan, pendampingan, advokasi, pelatihan, jaringan, dan pemberdayaan ekonomi.
Jejaring global BPW International, yang telah berdiri sejak 1930 dan kini beranggotakan perempuan dari lebih dari 100 negara di lima benua, mendukung keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di pemerintahan dan bisnis.
Organisasi ini juga memiliki status konsultatif di Dewan Ekonomi dan Sosial PBB selama lebih dari 65 tahun.
Vice President of Membership BPW International, Fransesca Burack, mengajak lebih banyak perempuan Indonesia untuk bergabung aktif dalam BPW guna memperkuat kepemimpinan perempuan secara global.
Pendidikan dan Kepemimpinan Berbasis Gender Jadi Kunci Masa Depan
Perempuan pemimpin didorong untuk menjadi mentor dan sponsor bagi perempuan lain melalui bimbingan, motivasi, dan pemberian peluang.
Kesetaraan gender harus terus diangkat melalui pelatihan, kampanye, dan kebijakan yang didorong dari level tempat kerja hingga masyarakat.
Forum BPW menekankan bahwa kesetaraan gender adalah hak asasi manusia, terutama dalam konteks kepemimpinan inklusif yang masih belum merata.
Perempuan juga diingatkan akan peran strategis mereka sebagai pendidik generasi masa depan, karena sejatinya perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Melalui kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah, perempuan memiliki peluang besar untuk menciptakan perubahan positif, baik secara lokal maupun global.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf