billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

AS Tolak Akui Kelaparan di Gaza sebagai Bencana Buatan Manusia, Dikecam Anggota DK PBB Lainnya

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

AS Tolak Akui Kelaparan di Gaza sebagai Bencana Buatan Manusia, Dikecam Anggota DK PBB Lainnya
Foto: (Sumber: Warga Palestina menerima makanan gratis di pusat distribusi makanan kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, Senin (19/5/2025). PBB menyatakan blokade total, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar oleh Israel telah memperburuk krisis kemanusiaan yang parah di Gaza dan memperingatkan akan terjadinya kelaparan. ANTARA FOTO/Xinhua/Abdul Rahman Salama/tom.)

Pantau - Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara anggota Dewan Keamanan PBB yang menolak mengakui bahwa krisis kelaparan yang melanda Jalur Gaza merupakan bencana yang disebabkan oleh ulah manusia.

Sebaliknya, hampir seluruh negara anggota DK PBB telah menandatangani deklarasi yang mengecam keras penggunaan kelaparan sebagai senjata perang, yang disebut sebagai pelanggaran jelas terhadap hukum humaniter internasional.

DK PBB dalam pertemuan tersebut mendesak dilaksanakannya gencatan senjata secara “segera, tak bersyarat, dan permanen,” serta pembebasan seluruh sandera dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Namun, AS menolak menandatangani bagian deklarasi yang mendesak Israel untuk segera menghentikan pembatasan terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan dan membatalkan rencana peningkatan operasi militer di Kota Gaza.

Situasi Kemanusiaan di Gaza Memburuk

Dalam pertemuan tersebut, DK PBB menerima laporan dari pejabat tinggi PBB dan organisasi kemanusiaan terkait situasi bencana kelaparan yang memburuk di Gaza.

Inga Ashing, CEO Save the Children, menegaskan bahwa kelaparan yang terjadi di Gaza merupakan kelaparan buatan.

“Kelaparan di Gaza sudah terjadi, ini adalah kelaparan yang direkayasa, yang telah diprediksi, kelaparan buatan manusia,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa anak-anak di Gaza secara sistematis dibuat kelaparan hingga meninggal.

“Ini adalah kebijakan yang disengaja. Ini merupakan penggunaan kelaparan sebagai metode perang dalam bentuk yang paling nyata,” ujarnya.

Ashing juga menggambarkan kondisi di klinik Save the Children di Gaza yang penuh dengan anak-anak dalam kondisi malnutrisi parah.

“Mereka tidak memiliki tenaga untuk berbicara atau bahkan menangis kesakitan. Mereka terbaring kurus kering, benar-benar sekarat,” ia menggambarkan.

Ratusan Ribu Warga Hadapi Kelaparan

Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Joyce Msuya, dalam laporannya menyebut lebih dari 500.000 warga Palestina di Gaza menghadapi kelaparan, kemiskinan ekstrem, dan kematian.

Jumlah tersebut setara dengan seperempat dari populasi Gaza dan diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 640.000 orang pada akhir September jika tidak ada tindakan segera.

Menurut Msuya, bencana kelaparan telah terjadi di Kegubernuran Gaza dan kemungkinan akan menyebar ke wilayah Deir al-Balah dan Khan Younis pada akhir bulan depan.

“Tidak ada satu orang pun di Gaza yang luput dari kelaparan,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa bencana ini bukan semata akibat dari bencana alam, melainkan merupakan hasil dari konflik berkepanjangan yang menimbulkan banyak korban sipil, kerusakan besar, dan pengungsian massal.

Korban Jiwa dan Respons Internasional

Otoritas kesehatan Gaza pada Rabu melaporkan bahwa 10 nyawa kembali melayang akibat kelaparan, termasuk dua anak-anak.

Dengan demikian, total korban tewas akibat kelaparan di Gaza mencapai 313 orang, termasuk 119 anak-anak.

Blokade total yang diberlakukan Israel sejak Maret 2025 menyebabkan ancaman kelaparan masif, penyebaran penyakit menular, dan runtuhnya layanan publik di Gaza.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas serangan agresifnya terhadap wilayah Palestina.

Penulis :
Aditya Yohan