Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Sektor Properti Bali Bangkit, Penurunan Suku Bunga Dorong Penjualan Rumah Komersial dan Subsidi

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Sektor Properti Bali Bangkit, Penurunan Suku Bunga Dorong Penjualan Rumah Komersial dan Subsidi
Foto: (Sumber: Arsip foto - Pekerja bangunan mengerjakan salah satu klaster proyek perumahan non subsidi di Denpasar, Bali, Selasa (19/8/2025). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna.)

Pantau - Puluhan pekerja proyek terlihat sibuk menyelesaikan pembangunan rumah non-subsidi di Banjar Biaung, Desa Kesiman, Denpasar, Bali, dengan target penyelesaian dalam waktu lima hingga enam bulan.

Rumah yang sedang dibangun termasuk segmen menengah dengan harga di atas Rp1 miliar, luas tanah sekitar 100 meter persegi, dan memiliki dua lantai.

Kawasan Denpasar, Badung, dan Gianyar bukan termasuk wilayah rumah subsidi, karena harga tanah dan properti tergolong tinggi, mencapai Rp8 juta hingga belasan juta per meter persegi menurut data situs jual beli properti.

Sebaliknya, rumah subsidi umumnya dikembangkan di daerah dengan harga tanah lebih rendah seperti Buleleng, Jembrana, dan Karangasem.

Penurunan BI Rate Dorong Optimisme Pasar Properti

Sektor properti nasional, termasuk Bali, mulai menunjukkan pemulihan pasca-pandemi COVID-19, seiring dengan kebijakan pelonggaran moneter dari Bank Indonesia.

BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur pada 20 Agustus 2025, mencatat total penurunan 100 basis poin dari awal tahun.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa kebijakan ini diambil karena inflasi terkendali dalam kisaran target 1,5–3,5 persen, stabilitas nilai tukar terjaga, dan dibutuhkan dorongan pertumbuhan ekonomi.

Suku bunga kredit perbankan per Juli 2025 masih berada di angka 9,16 persen, sementara imbal hasil deposito turun dari 4,85 persen menjadi 4,75 persen.

Bank Indonesia menilai suku bunga kredit perlu terus ditekan agar mampu mempercepat penyaluran kredit dan memperkuat pemulihan ekonomi.

Perbankan juga mendapatkan ruang likuiditas tambahan melalui insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM), dengan total sebesar Rp384 triliun hingga awal Agustus 2025 untuk sektor prioritas, termasuk properti.

Pengembang Sambut Positif, Penjualan Diprediksi Naik

Ketua REI Bali, Anak Agung Darma Setiawan, menyambut positif penurunan suku bunga tersebut dan menyatakan bahwa penjualan rumah diperkirakan bisa meningkat 5–10 persen.

Pelonggaran bunga diyakini meningkatkan daya beli masyarakat, terutama dalam pengambilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Saat ini, pengembang properti di Bali menawarkan sekitar 2.500 unit rumah komersial dan rumah subsidi berbasis FLPP untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Harga rumah komersial bisa mencapai Rp2 miliar, sedangkan rumah subsidi berkisar Rp185 juta.

Digitalisasi juga menjadi strategi baru para pengembang dalam memperluas jangkauan pasar, termasuk generasi milenial yang mendominasi debitur KPR hingga 76,77 persen.

Situs resmi REI Bali kini menyediakan informasi lengkap mulai dari lokasi, pengembang, harga, hingga simulasi KPR, sekaligus mencegah praktik penipuan.

Properti Dorong Rantai Ekonomi, Kebutuhan Hunian Masih Tinggi

Sektor properti diketahui memberikan efek berganda terhadap setidaknya 185 sektor usaha turunan.

Kebutuhan hunian di Indonesia masih sangat tinggi, dengan backlog mencapai 9,9 juta unit berdasarkan data Susenas 2023 dari BPS.

Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, menyebut bahwa penurunan suku bunga mendorong efisiensi dan likuiditas perbankan.

Sementara itu, Direktur Utama BTN, Nixon Napitupulu, menegaskan potensi besar pasar KPR di Indonesia, karena penetrasi pembiayaan rumah masih sekitar 3 persen.

BTN sendiri telah menyalurkan 2,2 juta unit pembiayaan rumah dari 2015 hingga 2024, dengan 1,72 juta unit berupa KPR subsidi.

Relaksasi suku bunga diharapkan tidak hanya mendorong pertumbuhan properti, tetapi juga memberi keuntungan bagi konsumen, perbankan, dan pelaku usaha.

Diharapkan perbankan segera menurunkan bunga kredit melalui program-program khusus agar pemulihan sektor properti semakin kuat.

Penulis :
Aditya Yohan

Terpopuler