
Pantau - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menghadiri peringatan Perang Dunia Kedua dan perlawanan China terhadap agresi Jepang di Tianjin, China, setelah sebelumnya mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Shanghai Cooperation Organisation (SCO) Plus yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping.
Dalam pidatonya, Anwar mengangkat isu Palestina dan menyinggung perjuangan rakyat Gaza yang menurutnya tengah menghadapi arogansi kekuasaan global.
" Saat kita berkumpul di sini dan bersiap untuk memperingati perlawanan Tiongkok dan berakhirnya Perang Dunia Kedua, marilah kita mengingat kembali makna sesungguhnya dari perlawanan tersebut," ujarnya.
Serukan Keadilan untuk Palestina dan Kutuk Kekejaman Global
Anwar menegaskan bahwa perjuangan China pada masa lalu merupakan simbol perlawanan terhadap agresi, kolonialisme, imperialisme, dan penindasan, yang saat ini ia lihat tercermin dalam kondisi rakyat Palestina.
Ia menyamakan semangat perlawanan itu dengan perjuangan rakyat di Gaza.
Anwar menyoroti kekejaman yang terjadi di Palestina, termasuk pembunuhan anak-anak tanpa adanya pertanggungjawaban hukum.
Ia juga menyebut bahwa kekejaman serupa telah meluas ke wilayah lain seperti Lebanon, Iran, dan Irak, sementara dunia internasional dinilai tak berdaya dalam menghentikannya.
Malaysia Dukung Inisiatif Tata Kelola Global Xi Jinping
Dalam kesempatan tersebut, Anwar menyatakan dukungan penuh Malaysia terhadap Inisiatif Tata Kelola Global yang diperkenalkan Presiden Xi Jinping dalam KTT SCO Plus.
Ia menilai inisiatif itu sebagai bentuk nyata untuk menolak dominasi global dan memperjuangkan dunia yang adil dan berdaulat.
" Marilah kita maju dengan keberanian dan kejelasan, dibimbing oleh keadilan, kemanusiaan, dan kasih sayang, untuk membentuk dunia yang berdaulat," ucap Anwar.
Anwar juga menyampaikan bahwa kemajuan kerja sama SCO dalam isu konektivitas ekonomi, kesehatan masyarakat, keamanan, dan transisi energi sejalan dengan posisi Malaysia dan prioritas ASEAN.
Kritik untuk PBB dan Seruan Aksi Nyata
Anwar menilai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat ini telah kehilangan aspirasi untuk mereformasi diri.
Ia menyebut adanya kesenjangan besar antara aspirasi dan kenyataan, yang menyebabkan terjadinya kekejaman global tanpa hukuman.
Malaysia, menurut Anwar, mendukung prinsip jalan moderat Konfusius, Chung Yung, yang mengedepankan keseimbangan berbasis keadilan, kasih sayang, kemanusiaan, dan kerja sama.
Namun ia menekankan bahwa cita-cita tersebut harus diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan hanya dalam wacana.
- Penulis :
- Aditya Yohan