
Pantau - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mempercepat pemenuhan dan distribusi tenaga dokter spesialis serta subspesialis melalui pendekatan Sistem Kesehatan Akademik (SKA).
Akselerasi Dokter Spesialis Dimulai dari Aceh
Langkah konkret Kemdiktisaintek dimulai dengan implementasi rencana aksi penguatan SKA Wilayah I, yang difokuskan di Provinsi Aceh.
Forum kolaborasi digelar pada 5 September 2025 di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, melibatkan pemangku kepentingan dari berbagai lembaga.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiktisaintek, Khairul Munadi, menjelaskan bahwa Presiden RI telah menekankan pentingnya ketersediaan dokter spesialis dan subspesialis sebagai bagian dari pembangunan nasional.
Ia menyebut bahwa SKA merupakan model kemitraan strategis yang dirancang untuk memperkuat kemandirian wilayah dalam memenuhi kebutuhan tenaga medis secara berkelanjutan.
Program ini juga menjadi bagian dari inisiatif nasional bertajuk Diktisaintek Berdampak di bidang kesehatan.
Tiga strategi utama dijalankan dalam SKA, yaitu pembukaan program studi baru dan peningkatan kuota mahasiswa, penempatan residen senior di rumah sakit prioritas, serta penguatan kemitraan lintas lembaga di tingkat pusat dan daerah.
Dukungan Regulasi dan Perluasan Program Pendidikan
Kemdiktisaintek juga menyiapkan dukungan kebijakan yang komprehensif.
Beberapa langkah percepatan dilakukan, seperti penyusunan regulasi quick wins, pembentukan aturan pendirian program studi, pembukaan program studi lewat konsorsium, serta skema rekognisi pembelajaran lampau untuk staf pendidik spesialis dan subspesialis.
"Harapan kami adalah terciptanya pendidikan medis yang unggul, bermartabat, dan berdampak luas," ungkap Khairul Munadi.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK USK), Safrizal Rahman, menyebut bahwa FK USK saat ini memiliki 27 program studi, termasuk 19 program spesialis dan 1 subspesialis.
Sebagai dukungan terhadap SKA, FK USK akan membuka enam program studi tambahan, yang terdiri dari tiga program spesialis-1 (bedah saraf, kesehatan mata, bedah anak) dan tiga program subspesialis (bedah digestif, jantung dan pembuluh darah, serta obstetri dan ginekologi).
FK USK juga menegaskan komitmen terhadap internasionalisasi pendidikan kedokteran.
Saat ini, mereka mendidik 8 mahasiswa dari Palestina—termasuk 2 dokter spesialis di PPDS Radiologi dan Bedah Plastik—serta 1 mahasiswa dari Korea Selatan di PPDS Kulit dan Kelamin.
Dukungan Pemerintah Daerah dan Insentif Pendidikan
Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, menyatakan dukungan penuh terhadap program SKA.
Ia menyebut RSUD Dr. Meuraxa telah memberikan kebijakan progresif, yakni pengurangan biaya retribusi pendidikan hingga 70 persen bagi mahasiswa kedokteran.
Bahkan, RSUD juga menerapkan kebijakan biaya nol rupiah untuk mahasiswa program pendidikan dokter spesialis.
Penerapan Sistem Kesehatan Akademik ini diharapkan dapat menciptakan sistem pendidikan kedokteran yang mandiri, terintegrasi, dan mampu menjawab kebutuhan tenaga medis di seluruh Indonesia secara berkelanjutan.
- Penulis :
- Aditya Yohan