
Pantau - Anggota Komisi X DPR RI Andi Muawiyah Ramly mengingatkan Kementerian Agama (Kemenag) agar penerapan Kurikulum Cinta di madrasah tidak berhenti sebagai jargon tanpa substansi.
Menurut Andi, semangat cinta dalam pendidikan memang penting, namun yang dibutuhkan saat ini adalah penguatan sistem pendidikan yang benar-benar berakar pada nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
"Jangan sampai Kurikulum Cinta hanya menjadi jargon tanpa substansi yang jelas. Yang dibutuhkan saat ini bukan sekadar nama yang menarik, tapi penguatan sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai luhur bangsa dan agama," ujarnya.
Kurikulum Harus Jawab Tantangan Zaman dan Bangun Karakter
Andi menilai, setiap kurikulum—termasuk Kurikulum Cinta—harus mampu menjawab tantangan zaman dan memberikan dampak nyata terhadap pembentukan karakter generasi muda.
Ia menggarisbawahi pentingnya kejelasan nilai yang diajarkan, kompetensi yang dibangun, serta indikator keberhasilannya.
"Kurikulum Cinta tentu baik secara semangat, tapi harus dijelaskan secara konkret, nilai apa yang diajarkan, kompetensi apa yang dibangun, dan bagaimana indikator keberhasilannya. Jangan sampai nilai-nilai luhur seperti toleransi, kasih sayang, dan empati hanya menjadi materi tempelan," tegasnya.
Di madrasah yang berbasis pendidikan keagamaan, nilai-nilai cinta seharusnya memang telah menjadi bagian dari proses pendidikan.
Karena itu, menurutnya, inovasi kurikulum harus diarahkan pada penguatan metode pembelajaran, pelatihan guru, serta lingkungan pendidikan yang benar-benar mendukung pembentukan karakter.
Ia juga menekankan pentingnya evaluasi terhadap kurikulum yang sudah ada, sebelum menambah nomenklatur baru yang belum tentu efektif dalam implementasi.
"Peningkatan kapasitas guru dan tenaga pendidik perlu jadi prioritas, agar nilai cinta benar-benar diinternalisasikan dalam pembelajaran, bukan hanya teori," tambah Andi.
Kemenag Jelaskan Kurikulum Cinta Sebagai Pengayaan, Bukan Pengganti
Sebelumnya, Direktur KSKK Madrasah Kemenag, Nyayu Khodijah, menegaskan bahwa Kurikulum Cinta bukanlah pengganti kurikulum lama, melainkan pengayaan kurikulum pada lembaga pendidikan Islam.
"Kurikulum Berbasis Cinta memberikan jiwa pada kurikulum. Ini bukan sekadar revisi konten, tapi pendekatan baru yang lebih berkarakter, spiritual, dan kontekstual," jelasnya.
Kurikulum ini menekankan pentingnya lingkungan belajar yang penuh kasih sayang, termasuk gerakan nyata seperti cinta lingkungan, penanaman pohon, dan pelestarian alam.
Andi Muawiyah menyambut baik niat tersebut, namun mengingatkan bahwa konsep ini perlu diiringi dengan penguatan ekosistem pendidikan.
"Yang perlu dilakukan juga adalah penguatan ekosistem pendidikan yang berkarakter. Misalnya, melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang menumbuhkan empati, kepedulian sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan," pungkasnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan