
Pantau - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan bahwa pemerintah pusat dan daerah bergerak cepat dan bergotong royong untuk mempercepat pemulihan kerusakan akibat banjir besar yang melanda Provinsi Bali sejak 9 Oktober 2025.
Koordinasi Lintas Kementerian untuk Percepatan Pemulihan
Kepala BNPB, Suharyanto, menyampaikan bahwa seluruh kementerian dan lembaga telah dikerahkan sesuai peran dan kewenangannya untuk mendukung pemulihan berbagai sektor terdampak.
"Semua kementerian-lembaga sudah bergerak sesuai tugasnya bersama pemerintah daerah di tingkat kabupaten dan kota untuk akan mempercepat semua perbaikan kerusakan fasilitas umum serta rumah warga," ungkapnya.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, BNPB menjalankan fungsi sebagai koordinator dalam fase tanggap darurat hingga pemulihan pascabencana.
BNPB telah berkoordinasi dengan Kementerian Sosial untuk penanganan pengungsi, pengadaan dapur umum, dan distribusi bantuan.
Menteri Sosial, Saifullah Yusuf, dijadwalkan hadir langsung ke Bali guna memastikan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak.
Perbaikan infrastruktur besar seperti jalan dan jembatan ditangani oleh Kementerian Pekerjaan Umum, dengan dukungan personel TNI/Polri dan BNPB.
Sementara sekolah rusak akan diperbaiki oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, dan fasilitas ibadah oleh Kementerian Agama.
"Jadi, memang ini kan sudah teratur sedemikian rupa ya, dapat dilihat bersama semuanya sudah datang ke sini, dan semuanya akan membantu masyarakat," jelas Suharyanto.
Tim gabungan masih melakukan pendataan rinci terhadap jumlah rumah, jalan, jembatan, serta fasilitas publik yang terdampak.
Data sementara menunjukkan sedikitnya 474 unit kios dan ruko terdampak banjir dan memerlukan penanganan khusus.
"Untuk rumah masyarakat, hingga kios, ruko 474 yang terdampak ini perlu koordinasi lebih dalam bagaimana cara untuk menyelesaikannya," tambahnya.
Banjir Disebabkan Cuaca Ekstrem, BNPB Salurkan Bantuan
Banjir besar yang melanda Bali dikategorikan sebagai bencana hidrometeorologi basah akibat curah hujan ekstrem.
BMKG melaporkan bahwa hujan yang turun sejak Selasa, 9 Oktober 2025, mencapai intensitas 385 mm, setara dengan curah hujan satu bulan penuh.
Kondisi ini diperparah oleh gangguan gelombang ekuatorial rossby yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Hingga Kamis malam, 11 September 2025, BNPB mencatat:
- 16 orang meninggal dunia
- 1 orang masih dinyatakan hilang
- 562 warga mengungsi ke posko dan fasilitas umum seperti sekolah dan balai desa
Sebagai bentuk dukungan tanggap darurat, BNPB telah menyalurkan bantuan logistik dan peralatan, terdiri dari:
- 200 lembar selimut
- 200 matras
- 300 paket sembako
- 50 unit tenda keluarga
- 2 unit tenda pengungsi
- 1 unit perahu karet bermesin
- 3 unit pompa air
Suharyanto menekankan bahwa bencana ini menjadi peringatan penting bagi seluruh pemangku kepentingan tentang dampak perubahan iklim dan pentingnya perencanaan tata ruang yang berketahanan dan berkelanjutan.
- Penulis :
- Aditya Yohan