Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Konflik Jalur Tambang Parungpanjang Kembali Memanas, Sopir Truk Blokade Jalan

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Konflik Jalur Tambang Parungpanjang Kembali Memanas, Sopir Truk Blokade Jalan
Foto: (Sumber: Petugas Kepolisian mengawasi arus angkutan khusus tambang di ruas jalan Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ANTARA/M Fikri Setiawan)

Pantau - Jalur tambang Parungpanjang kembali menjadi sorotan setelah aksi sopir truk memblokade jalan pada pertengahan September 2025, melumpuhkan arus lalu lintas dan memicu keresahan warga.

Akar Masalah dan Regulasi

Sejak dekade 1970-an, jalur tambang Parungpanjang selalu menjadi pusat tarik ulur kepentingan antara sopir truk, masyarakat, dan pemerintah daerah.

Setiap kebijakan baru memunculkan protes, setiap pembangunan jalan menimbulkan kemacetan, sementara solusi sementara justru melahirkan persoalan baru.

Konflik terbaru dipicu oleh penyesuaian aturan operasional kendaraan tambang.

Peraturan Bupati Bogor Nomor 56 Tahun 2023 menetapkan angkutan tambang hanya boleh beroperasi pukul 22.00–05.00 WIB.

Namun, karena sejumlah ruas jalan vital di Parungpanjang sedang diperbaiki, Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Bogor memberikan relaksasi waktu bagi truk kosong, yakni pukul 09.00–11.00 WIB dan 13.00–16.00 WIB.

Relaksasi ini bertujuan agar lalu lintas tidak berhenti total selama proyek berlangsung.

Namun, Kabupaten Tangerang tidak menerapkan relaksasi tersebut, menimbulkan kebingungan sopir truk yang merasa ruang geraknya kian terbatas, sementara warga tetap terbebani oleh truk di siang hari.

Puncak Ketegangan

Pada Selasa, 16 September, petugas Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor mendapat teguran dari masyarakat Tangerang terkait kebijakan ini.

Ketegangan meningkat pada Kamis malam, 18 September, ketika sopir truk memblokade Jembatan Malang Nengah di perbatasan Legok–Parungpanjang.

Aksi itu melumpuhkan jalan utama Parungpanjang selama berjam-jam, membuat kendaraan mengular, warga terhambat beraktivitas, dan distribusi barang terganggu.

Kondisi makin buruk setelah Jembatan Leuwiranji, salah satu jalur alternatif penting, ditutup karena dinyatakan tidak layak demi keselamatan.

Dengan dialihkannya arus kendaraan besar ke jalur Parungpanjang, kemacetan kian parah dan keresahan warga meningkat.

Sebagai bentuk tekanan terhadap pemerintah, sopir akhirnya melakukan blokade jalan, menandai babak baru dalam konflik panjang antara kebutuhan ekonomi tambang dan kenyamanan masyarakat.

Penulis :
Aditya Yohan