Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Fortifikasi Pangan Jadi Strategi Kunci Cegah Masalah Gizi dan Dukung Generasi Sehat

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Fortifikasi Pangan Jadi Strategi Kunci Cegah Masalah Gizi dan Dukung Generasi Sehat
Foto: (Sumber: Siswa SD makan nasi yang telah diproses dengan inovasi terknologi beras fortifikasi di Universitas Jember, Jawa Timur, Kamis (17/10/2024). ANTARA FOTO/Seno/tom.)

Pantau - Fortifikasi pangan dinilai sebagai salah satu terobosan strategis untuk menjaga kualitas hidup generasi mendatang dengan melengkapi makanan pokok masyarakat menggunakan zat gizi esensial.

Fortifikasi merupakan proses penambahan vitamin dan mineral ke dalam bahan pangan, seperti garam beryodium, tepung terigu yang diperkaya zat besi, serta susu yang mengandung vitamin D.

Langkah ini bertujuan mencegah kekurangan gizi, khususnya di kelompok rentan seperti anak-anak, serta meningkatkan kesehatan masyarakat secara luas.

Fortifikasi membawa pesan sederhana: memastikan pangan sehari-hari mengandung gizi penting agar tidak terjadi defisiensi yang dapat berdampak jangka panjang.

Zat Besi Penting untuk Anak, Susu Pertumbuhan Dapat Membantu

Zat besi menjadi salah satu komponen paling penting dalam fortifikasi.

Defisiensi zat besi tidak hanya menimbulkan dampak fisik, tetapi juga memengaruhi perilaku dan perkembangan otak anak, terutama pada masa emas pertumbuhan.

Tidak semua keluarga mampu menyediakan makanan beragam dengan kandungan zat besi tinggi setiap hari.

Dalam konteks ini, fortifikasi menjadi solusi efektif.

Salah satu contoh umum adalah susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan zat besi.

Meski bukan pengganti air susu ibu (ASI), susu pertumbuhan berperan sebagai pelengkap ketika anak mulai mengonsumsi makanan pendamping usia enam bulan ke atas, di mana kebutuhan zat besi meningkat.

Bagi anak-anak yang sulit menerima makanan kaya zat besi, susu pertumbuhan menjadi alternatif penting untuk menunjang kebutuhan gizi.

Belajar dari Negara Lain, Fortifikasi Bisa Jadi Strategi Nasional

Negara seperti Costa Rica dan Chile telah sukses menerapkan kebijakan fortifikasi sejak 1996 untuk mengatasi anemia defisiensi besi (ADB).

Hasilnya, prevalensi ADB menurun drastis dan kualitas hidup generasi mudanya meningkat.

Indonesia dapat meniru langkah serupa, mengingat tantangan gizi nasional masih cukup besar.

Fortifikasi bukan sekadar program teknis, melainkan dapat dijadikan strategi nasional untuk memutus mata rantai permasalahan gizi, sekaligus memperkuat daya saing sumber daya manusia.

Selain pada susu dan tepung, fortifikasi juga dilakukan pada garam dan minyak goreng, menjadikan pendekatan ini sangat strategis karena langsung menyasar konsumsi harian masyarakat luas.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti