
Pantau - Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa menegaskan komitmen Indonesia dalam mewujudkan pariwisata yang hijau, inklusif, dan berkelanjutan dalam forum ASEAN Tourism Minister (ATM) Retreat yang digelar di Melaka, Malaysia, pada Senin (29/9/2025).
"Forum ini menjadi momentum memperkuat kerja sama ASEAN di sektor pariwisata, terutama dalam menghadapi tantangan global seperti perlambatan ekonomi, perubahan iklim, dan pergeseran preferensi wisatawan," ungkap Ni Luh di hadapan para delegasi negara-negara anggota ASEAN.
Indonesia Dorong Transformasi Pariwisata Berbasis Keberlanjutan
Dalam pemaparannya, Ni Luh menekankan bahwa pariwisata tidak cukup hanya berorientasi pada peningkatan jumlah wisatawan, namun juga harus menjamin keberlanjutan alam, budaya, dan kehidupan masyarakat lokal.
Indonesia, menurutnya, memiliki landasan kuat untuk berperan aktif dalam mendorong agenda pariwisata berkelanjutan di forum internasional.
Landasan tersebut selaras dengan penerapan prinsip Blue, Green, Circular Economy (BGCE) yang menjadi pilar pembangunan pariwisata dalam RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029.
Sebagai negara yang serius menghadapi tantangan perubahan iklim, Indonesia mengusung pendekatan yang mencakup:
- Komitmen global
- Perencanaan nasional
- Strategi sektoral
- Pelibatan masyarakat dan komunitas lokal
Komitmen tersebut diperkuat oleh pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Umum PBB yang menegaskan dukungan terhadap Perjanjian Paris.
Indonesia juga termasuk negara pertama yang mendukung Deklarasi Glasgow tentang Aksi Iklim dalam Pariwisata, yang menargetkan:
Pengurangan emisi sebesar 50 persen pada 2030
Net zero emission sebelum 2050
Dari Desa Wisata hingga Peta Jalan Dekarbonisasi
Di tingkat nasional, pembangunan pariwisata diarahkan agar sejalan dengan konservasi alam dan penilaian risiko iklim.
Secara sektoral, Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan UNDP dalam menyusun Peta Jalan Dekarbonisasi Pengembangan Pariwisata Indonesia sebagai panduan menuju sektor pariwisata rendah karbon.
Sementara di tingkat masyarakat, program desa wisata menjadi instrumen penting pemberdayaan warga lokal.
Melalui program ini, masyarakat didorong untuk:
- Menerapkan praktik ramah iklim
- Meningkatkan ketahanan sosial-ekonomi
- Melestarikan budaya lokal
Hingga saat ini, sudah ada 40 desa wisata tersertifikasi, dan jumlah tersebut akan terus ditingkatkan.
"Indonesia menegaskan komitmen pada pariwisata berkelanjutan, inklusif, dan tangguh, dengan fokus pada adaptasi iklim, dan pemberdayaan masyarakat lokal sejalan dengan agenda ASEAN," ujar Ni Luh.
Kolaborasi ASEAN Jadi Kunci Mobilitas dan Daya Saing Kawasan
Selain isu lingkungan, Indonesia juga mendorong peningkatan konektivitas antarnegara ASEAN melalui:
- Pembangunan infrastruktur
- Digitalisasi
- Promosi bersama kawasan
Pendekatan tersebut didukung dengan penyederhanaan regulasi dan peningkatan infrastruktur guna memastikan mobilitas wisatawan yang lancar dan aman di kawasan Asia Tenggara.
"Indonesia siap berkolaborasi dengan negara ASEAN maupun mitra dialog agar pariwisata kawasan semakin berdaya saing, inklusif, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Indonesia percaya kolaborasi adalah kunci," pungkas Ni Luh.
- Penulis :
- Aditya Yohan