Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Studi Salween: Faricimab Terbukti Efektif Pulihkan Penglihatan Pasien Gangguan Retina Degeneratif

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Studi Salween: Faricimab Terbukti Efektif Pulihkan Penglihatan Pasien Gangguan Retina Degeneratif

Pantau - Studi Salween yang diumumkan dalam Kongres Euretina 2025 di Paris, Prancis, menunjukkan hasil signifikan dari pengobatan gangguan retina degenerasi makula basah (neovascular Age-related Macular Degeneration atau nAMD) dan variasinya, PCV (Polypoidal Choroidal Vasculopathy), menggunakan Faricimab.

Obat ini terbukti mampu memulihkan penglihatan secara bermakna dan memberikan efek yang bertahan lebih lama, sehingga menjadi harapan baru bagi pasien retina, termasuk di Indonesia.

"Hasil studi ini merupakan langkah maju yang penting khususnya bagi pasien PCV di Indonesia. Terapi pengobatan injeksi dengan Faricimab tidak hanya mencapai peningkatan kualitas penglihatan yang bermakna secara klinis, tetapi juga dapat mengurangi beban pengobatan dan berdampak positif bagi kualitas hidup pasien, pendamping, bahkan keluarganya," ungkap Dr. dr. Ari Djatikusumo, SpM (K), Kepala Departemen Mata RSCM, dalam keterangan persnya.

Apa Itu nAMD dan PCV?

nAMD adalah kerusakan penglihatan pusat akibat pertumbuhan pembuluh darah abnormal di retina.

Sementara itu, PCV adalah variasi dari nAMD yang ditandai dengan adanya benjolan seperti polip di bawah retina, dan merupakan salah satu penyebab utama kebutaan di Asia, termasuk Indonesia.

Gejala umum nAMD meliputi:

  • Area gelap di pusat penglihatan
  • Pandangan kabur
  • Warna tampak lebih pudar
  • Garis lurus terlihat bergelombang

Hasil Studi Salween: Bukti Efektivitas Faricimab

Studi Salween memberikan data klinis kuat terkait efektivitas Faricimab:

  • Rata-rata pasien mampu membaca 8–9 huruf lebih banyak di bagan tes mata setelah satu tahun pengobatan.
  • Polip penyebab gangguan retina tidak aktif pada 86% pasien.
  • Jaringan tumbuh abnormal hilang sepenuhnya pada 61% kasus.
  • Risiko pendarahan retina yang dapat menyebabkan kebutaan juga menurun.

Lebih dari 50% pasien bisa menerima suntikan dengan interval empat bulan sekali, tanpa mengalami penurunan fungsi penglihatan.

Penurunan frekuensi suntikan ini membantu meringankan beban fisik, waktu, dan biaya baik bagi pasien maupun keluarganya.

“Semoga inovasi ini dapat membantu pasien mendapatkan manfaat dari terapi Faricimab. Diagnosis yang cepat, serta penanganan sedini mungkin diharapkan dapat membantu memulihkan penglihatan dan mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut,” tambah dr. Ari.

Faricimab Telah Disetujui di Indonesia Sejak 2023

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyetujui penggunaan Faricimab sejak 2023 untuk mengobati:

  • Degenerasi makula basah (nAMD)
  • Pembengkakan makula akibat diabetes (Diabetic Macular Edema atau DME)

Dr. Ari merekomendasikan masyarakat yang mengalami gejala-gejala nAMD agar segera berkonsultasi ke Dokter Spesialis Mata untuk mendapatkan pemeriksaan, diagnosis, dan terapi yang tepat sebelum kondisi memburuk.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti