Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Abdul Fikri Dorong Inovasi dalam Kesenian Lokal agar Tak Tertinggal dari Budaya Global

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Abdul Fikri Dorong Inovasi dalam Kesenian Lokal agar Tak Tertinggal dari Budaya Global
Foto: Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih menghadiri pagelaran seni tari di Sekolah Islam Terpadu Yayasan Harapan Umat, Brebes, Jawa Tengah pada Sabtu 4/10/2025 (sumber: Humas DPR RI)

Pantau - Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih menilai kesenian lokal di Indonesia perlu dikembangkan dengan inovasi agar tidak tertinggal dan mampu bersaing dengan budaya global.

Dorongan Inovasi dalam Kesenian Tradisional

Pernyataan tersebut disampaikan Fikri saat menghadiri pagelaran seni tari di Sekolah Islam Terpadu Yayasan Harapan Umat, Brebes, Jawa Tengah, pada Sabtu (4 Oktober 2025).

Menurutnya, pelestarian budaya selama ini sering berhenti pada bentuk tradisional tanpa ada pembaruan yang membuatnya tetap relevan.

Ia menegaskan bahwa Undang-Undang yang berlaku bukan sekadar Undang-Undang Kebudayaan, melainkan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan yang menuntut adanya inovasi dan kreativitas.

Fikri mencontohkan fenomena drama Korea (drakor) yang diterima luas oleh masyarakat Indonesia karena dikemas secara modern, menarik, dan disebarluaskan secara masif.

Sebaliknya, banyak budaya Indonesia justru hilang karena hanya diwariskan tanpa pengembangan bentuk maupun penyajian.

Dalam konteks Brebes, ia melihat tarian khas daerah setempat sering hanya ditampilkan dalam bentuk aslinya tanpa variasi baru.

Ia menjelaskan bahwa "Inovasi bukan berarti meninggalkan tradisi, tapi justru memperkuatnya agar tetap relevan dengan zaman," ungkapnya.

Fikri berharap tari tradisional Brebes bisa mencontoh kesuksesan Tari Saman dari Aceh atau Tari Zapin dari Riau yang telah mendunia berkat inovasi, namun tetap menjaga nilai aslinya.

Harapan Pelaku Seni Daerah

Pelaku seni tari dari Brebes, Nurhalimah, menyambut baik dorongan dari Fikri.

Ia mengakui kelompok tari yang dipimpinnya masih terbatas menampilkan pertunjukan secara konvensional, sehingga kurang menarik bagi generasi muda.

Nurhalimah menyatakan "Kami sering tampil di acara-acara kecamatan atau kabupaten, tapi bentuknya masih itu-itu saja. Anak-anak muda kadang kurang tertarik karena tidak ada sentuhan baru. Kalau ada pelatihan inovasi tari, kami siap ikut," ungkapnya.

Ia juga berharap adanya program pembinaan dan kolaborasi dengan koreografer muda, termasuk pemanfaatan media digital.

Ia menambahkan "Kalau tari kita bisa ditampilkan lewat media sosial dengan kemasan menarik, pasti banyak yang tertarik. Generasi muda itu kan visual banget," ujarnya.

Kementerian Kebudayaan RI bersama Komisi X DPR RI terus mendorong revitalisasi tari tradisional melalui penyesuaian koreografi dan penampilan.

Upaya tersebut juga diarahkan untuk mengintegrasikan seni tradisional ke dalam kegiatan ekonomi kreatif seperti festival kuliner dan pariwisata.

Penulis :
Shila Glorya