FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Guru BK Izinkan Murid “Membolos” Demi Kesehatan Mental, Bukti Pentingnya Ruang Pemulihan bagi Remaja

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Guru BK Izinkan Murid “Membolos” Demi Kesehatan Mental, Bukti Pentingnya Ruang Pemulihan bagi Remaja
Foto: (Sumber: Ilustrasi mimik wajah yang mencerminkan isi hati orang. (Istockphoto))

Pantau - Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober, sebuah kisah inspiratif datang dari seorang guru bimbingan konseling (BK) di salah satu SMA yang memutuskan untuk mengizinkan muridnya tidak masuk sekolah demi menyelamatkan kondisi kesehatan mental sang murid.

Menangis Tanpa Sebab dan Tertekan Oleh Keluarga

Keputusan ini diambil sebagai tindakan darurat setelah guru tersebut mengetahui kondisi psikologis murid yang bersangkutan.

Masalah kesehatan mental si murid mulai terungkap saat ia menangis tanpa sebab saat berada di sekolah.

Setelah diajak berbicara, murid tersebut mencurahkan tekanan yang selama ini ia rasakan, terutama berasal dari orang tua dan saudara kandungnya.

Ia mengungkapkan bahwa dirinya dituntut untuk berprestasi di bidang eksakta, padahal ia lebih menyukai pelajaran humaniora dan bercita-cita mendalami ilmu psikologi.

Murid tersebut juga kerap dibanding-bandingkan dengan kakaknya yang sukses di bidang sains dan kini menempuh pendidikan di kampus teknologi ternama.

Melihat tekanan yang dirasakan sang murid, guru BK tersebut mengizinkan sang anak untuk beristirahat dari sekolah selama satu hari dan menyarankan agar ia bersantai di rumah untuk menenangkan diri.

Dukungan Orang Tua dan Hasil Positif Setelah Pemulihan

Guru kemudian menghubungi orang tua murid untuk menjelaskan bahwa anak mereka membutuhkan waktu untuk memulihkan diri secara mental.

Ia juga memberikan edukasi kepada orang tua bahwa anak remaja butuh ruang bicara tanpa tekanan dan penghakiman, terutama saat menghadapi beban akademik dan ekspektasi keluarga.

Kolaborasi antara guru dan orang tua menunjukkan hasil yang positif.

Beberapa hari setelahnya, si murid tidak lagi merasa tertekan, suasana hatinya membaik, serta konsentrasi dan pemahamannya di kelas meningkat.

Sebelumnya, tekanan yang dialaminya membuatnya kesulitan belajar, namun setelah diberi ruang untuk pulih, ia mulai merasa lebih tenang dan lebih mudah memahami pelajaran.

Kisah ini menjadi pelajaran penting bahwa gangguan mental pada remaja sering kali tidak terlihat secara fisik, namun bisa sangat memengaruhi kehidupan mereka.

Banyak orang tua tidak menyadari bahwa anaknya sedang mengalami tekanan karena menganggap tampak baik-baik saja dari luar.

Data Mengungkap Fakta Serius tentang Kesehatan Mental Remaja

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022, sebanyak 15,5 juta remaja Indonesia atau sekitar 34,9 persen mengalami masalah kesehatan mental.

Sementara itu, data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa 1 dari 7 anak usia 10–19 tahun di seluruh dunia mengalami gangguan kesehatan mental.

Fakta-fakta ini menegaskan pentingnya kesadaran kolektif untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental remaja dan menyediakan ruang aman bagi mereka untuk berbicara dan pulih.

Penulis :
Ahmad Yusuf