
Pantau - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menegaskan bahwa pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul menjadi faktor penentu dalam menghadapi tantangan global akibat perkembangan kecerdasan buatan (AI).
SDM Empatik dan Adaptif Tidak Tergantikan AI
Dalam pernyataannya, Stella menyebut bahwa kunci utama bukan terletak pada teknologi, melainkan pada kualitas manusia itu sendiri.
"Kuncinya bukan pada teknologinya, tetapi pada manusianya. SDM yang memiliki empati, kreativitas, dan kemampuan berpikir analitis tidak akan tergantikan oleh AI", ujar Stella.
Ia memaparkan bagaimana AI telah mengambil peran signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia kerja dan sosial.
Salah satu studi yang disinggung menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus medis, jawaban berbasis AI seperti ChatGPT dinilai lebih empatik dan akurat dibandingkan dokter manusia.
Stella menyebut hal tersebut sebagai peringatan penting bahwa teknologi dapat melampaui manusia jika manusia berhenti mengembangkan nilai kemanusiaan dan kapasitas intelektualnya.
Ia juga mengutip data dari World Economic Forum (WEF) yang memperkirakan AI akan menciptakan 97 juta pekerjaan baru, namun sekaligus menghilangkan 92 juta pekerjaan lama hingga tahun 2025.
Karena itu, ia menekankan pentingnya upskilling dan reskilling agar masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan zaman.
"Kalau kita tidak beradaptasi, AI akan menjadi disruptor. Tapi kalau kita bijak mengelolanya, AI akan menjadi enabler", tegasnya.
AI Tantangan Global, Tapi Juga Peluang Kemajuan Bangsa
Stella menjelaskan bahwa AI membawa empat dimensi tantangan utama di tingkat global.
Pertama, ancaman terhadap ketenagakerjaan dan meningkatnya kesenjangan ekonomi.
Kedua, meningkatnya kerentanan terhadap ancaman keamanan siber.
Ketiga, penurunan reliabilitas informasi akibat hoaks dan disinformasi.
Keempat, kesenjangan digital yang semakin lebar antarnegara dan antarkelompok masyarakat.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa jika dikelola dengan tepat, tantangan tersebut dapat diubah menjadi peluang.
AI, kata dia, dapat menciptakan pekerjaan baru, memperkuat keamanan siber, meningkatkan akurasi pemeriksaan fakta, serta memperluas akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan.
"AI bukan musuh manusia. AI adalah alat. Jika kita mampu mengarahkan, mengatur, dan mengawasinya, maka AI akan memperkuat bangsa, bukan melemahkannya", ia menyampaikan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf