
Pantau - Biro Humas dan Komunikasi Publik Kementerian Agama (Kemenag) menggelar acara Kemenag Youth Connect sebagai forum inspiratif yang mempertemukan pelajar madrasah untuk berdialog dan belajar mengenai peran generasi muda di era digital, pada Senin (14/10) di Auditorium H.M. Rasjidi, Kantor Kemenag, Jakarta Pusat.
Acara ini dihadiri oleh siswa dan guru dari MA Futuhiyyah 2 Mranggen, Demak, serta menghadirkan Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag, Thobib Al Asyhar, sebagai narasumber utama.
Dalam sambutannya, Thobib mengajak para siswa madrasah dan santri untuk percaya diri terhadap latar belakang pendidikan mereka.
"Jangan pernah berkecil hati menjadi siswa madrasah atau santri. Kalian bisa menjadi apa saja sesuai dengan keahlian dan potensi masing-masing. Dunia sekarang terbuka luas bagi siapa pun yang mau berusaha dan belajar," ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa santri dan pelajar madrasah memiliki bekal karakter kuat seperti spiritualitas, disiplin, dan etika, yang merupakan pondasi penting untuk bersaing secara global.
Madrasah Jadi Pilar SDM Nasional
Thobib menjelaskan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 87.000 madrasah negeri dan swasta yang tersebar di seluruh wilayah.
Jumlah tersebut menunjukkan bahwa madrasah merupakan bagian penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia.
"Madrasah tidak hanya mencetak ahli agama, tapi juga calon-calon pemimpin, ilmuwan, dan profesional masa depan yang berakar pada nilai-nilai keislaman," ia menegaskan.
Ia juga menyampaikan visi besar Kemenag, yaitu: "Terwujudnya masyarakat yang Rukun, Maslahat, dan Cerdas bersama Indonesia Maju menuju Indonesia Emas 2045."
Menurutnya, rukun mencerminkan kehidupan berbangsa yang harmonis dalam keberagaman, maslahat berarti agama yang relevan dan bermanfaat bagi masyarakat, dan cerdas adalah kemampuan menerapkan pengetahuan secara efektif.
"Kalau masyarakat kita rukun, maslahat, dan cerdas, maka kita akan punya peradaban yang unggul. Itulah jalan menuju Indonesia Emas 2045," jelas Thobib.
Literasi Digital dan Tantangan Era AI
Thobib juga menyoroti pentingnya literasi digital di tengah kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI).
"Jangan pernah menanyakan hal-hal pribadi kepada AI, karena itu dapat berdampak pada keamanan data dan kondisi emosional kita. Gunakan teknologi untuk belajar dan berinovasi, bukan untuk hal-hal yang justru melemahkan karakter," ia mengingatkan.
Ia mengajak para santri dan pelajar madrasah untuk menjadi Gen Z Muslim di era AI, yakni generasi yang cakap teknologi dan kuat karakter.
"Gen Z Muslim harus berpikir kritis, punya jiwa kompetisi yang tinggi, spiritualitas yang kokoh, serta kemampuan kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Dan yang tak kalah penting, tetap memiliki rasa nasionalisme yang kuat," katanya.
Menutup acara, Thobib mengajak peserta untuk menjadikan forum Kemenag Youth Connect sebagai motivasi agar terus berkembang.
"Kalian adalah bagian dari masa depan Indonesia. Dari madrasah, lahirlah generasi yang rukun, maslahat, dan cerdas — generasi yang akan membawa Indonesia menuju kejayaan di tahun 2045," tutupnya.
- Penulis :
- Shila Glorya