
Pantau - Pemerintah memperkuat komitmennya dalam membangun pesantren sebagai pusat pendidikan yang aman, layak, dan berbasis nilai gotong royong, menyusul insiden ambruknya beberapa bangunan pondok yang memicu penataan ulang infrastruktur pesantren secara nasional.
Kalimat bijak penyair Timur Tengah “Bagaimana suatu bangunan akan berdiri kokoh, bila satu tangan membangun dan tangan lain menghancurkan?” menjadi refleksi atas pentingnya kerja sama dalam membangun lembaga pendidikan berbasis masyarakat ini.
Sinergi Lintas Kementerian, Fokus pada Keselamatan Santri
Pemerintah melalui Kementerian PUPR, Kemendagri, Kementerian Agama, dan Kemenko PM telah menandatangani kesepakatan bersama untuk membangun sinergi dalam mendampingi pembangunan pesantren.
Kesepakatan ini dilandasi kesadaran bahwa mayoritas dari lebih 42 ribu pesantren di Indonesia dibangun atas swadaya masyarakat dan tidak bisa dibiarkan menghadapi tantangan teknis dan administratif sendirian.
Kementerian PUPR akan memberikan pendampingan teknis, termasuk dalam hal perizinan dan sertifikasi bangunan.
Pengurus pesantren kini bisa berkonsultasi langsung melalui hotline 158, sementara pemerintah juga telah menyiapkan prototipe desain bangunan sederhana di bawah dua lantai sebagai panduan.
Untuk bangunan bertingkat, desain khusus sedang disiapkan agar aspek keamanan tetap menjadi prioritas utama.
Pendampingan awal akan difokuskan pada delapan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Kemudahan Izin, Sertifikasi, dan Perhatian Presiden
Banyak pesantren berdiri tanpa izin karena proses perizinan yang rumit dan mahal, bahkan tak sedikit yang berlokasi di zona rawan seperti lereng bukit dan tepi sungai.
Pemerintah berkomitmen mempermudah proses perizinan dan memastikan keselamatan bangunan dengan melibatkan fakultas teknik dari UIN dan IAIN untuk audit serta pendampingan teknis.
Kebijakan keringanan biaya izin juga disiapkan agar pesantren tidak terbebani secara finansial.
Presiden Prabowo Subianto memberikan perhatian khusus terhadap penguatan pesantren melalui tiga pesan utama:
- Menjamin keselamatan dan kenyamanan belajar santri
- Memperkuat kehadiran pemerintah sebagai solusi
- Melanjutkan hubungan historis antara ulama dan pemimpin bangsa
Presiden juga memerintahkan agar prioritas bantuan renovasi diberikan kepada pesantren yang berada di wilayah rawan bencana, memiliki lebih dari seribu santri, atau sedang mengalami kendala pembangunan.
Gotong Royong sebagai Pilar Fisik dan Filosofis
Filosofi pembangunan pesantren tidak hanya soal fisik, tetapi juga berakar pada nilai gotong royong.
Pemerintah menyediakan pelatihan dan sertifikasi gratis bagi pengurus pesantren agar menjadi tenaga konstruksi yang terampil, mengubah kerja sukarela menjadi keahlian yang diakui secara profesional.
Langkah ini sekaligus menjawab kritik bahwa semangat gotong royong sering disalahartikan hingga mengeksploitasi santri secara tidak proporsional.
Pembagian tugas kini dilakukan secara adil sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing.
Pemerintah menegaskan bahwa pesantren adalah bagian dari sejarah panjang bangsa — tempat lahirnya tokoh perjuangan seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, hingga KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) — serta ruang pendidikan yang membentuk karakter bangsa.
Negara Hadir untuk Santri, Dari Sabang Sampai Merauke
Program penguatan infrastruktur pesantren juga mencakup pengawasan dari pemerintah daerah, audit bangunan, serta kemudahan izin dan pendampingan teknis yang merata.
Semua langkah ini bertujuan untuk memastikan setiap santri memiliki tempat belajar yang aman, nyaman, dan sesuai standar — dari Sabang sampai Merauke.
Pesantren yang berdiri dengan kokoh bukan hanya simbol keberhasilan teknis, tetapi juga pilar peradaban yang menopang masa depan bangsa.
Setiap batu yang diletakkan dalam pembangunan pondok adalah doa bagi masa depan Indonesia.
Di sinilah gotong royong mencapai bentuk paling luhur — kerja sama yang menyatukan iman, ilmu, dan cita-cita.
Negara hadir untuk menguatkan ikhtiar pesantren sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari keikhlasan dan tumbuh bersama rakyat.
- Penulis :
- Aditya Yohan