
Pantau - Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani menyampaikan keprihatinannya atas lonjakan kasus Influenza A di Indonesia dan mendesak pemerintah untuk mengambil langkah cepat dan terkoordinasi dalam menangani situasi yang berpotensi membebani sistem kesehatan nasional.
Puan menyatakan bahwa peningkatan kasus Influenza A, khususnya subtipe H3N2, menunjukkan urgensi penguatan sistem deteksi dini dan edukasi masyarakat secara menyeluruh.
"Lonjakan kasus Influenza A ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh lengah. Jika tidak ditangani serius, ini bisa membebani fasilitas kesehatan dan mengancam keselamatan masyarakat secara luas," ungkapnya.
Peningkatan Kasus H3N2 Dominasi Asia Tenggara
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya telah mengingatkan adanya potensi lonjakan kasus Influenza A di Indonesia, khususnya varian H3N2 yang saat ini mendominasi kawasan Asia Tenggara.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui sistem pemantauan FluNet mengungkapkan bahwa mayoritas kasus influenza di Indonesia berasal dari varian H3N2.
Meski demikian, hingga saat ini belum tersedia data rinci terkait wilayah-wilayah dengan jumlah kasus tertinggi di Indonesia.
Negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand juga mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kasus influenza A.
Di Thailand, dari 1 Januari hingga 8 Oktober 2025, tercatat 702.308 kasus dengan 61 kematian akibat infeksi influenza A subtipe H3N2.
Respons Strategis, Edukasi Publik, dan Fokus pada Kelompok Rentan
Puan menekankan pentingnya respons strategis dan terintegrasi dari pemerintah pusat dan daerah dalam menghadapi situasi ini.
"Penguatan sistem kewaspadaan dini di seluruh fasilitas kesehatan, mulai dari tingkat puskesmas hingga rumah sakit," ia menegaskan.
Selain itu, ia menyoroti perlunya edukasi publik secara intensif untuk membangun kesadaran akan pentingnya protokol kesehatan.
"Masyarakat harus terus diingatkan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, seperti memakai masker di tempat ramai, menjaga sirkulasi udara yang baik, serta melakukan vaksinasi influenza bila vaksin sudah tersedia," ujarnya.
Puan juga mengutip hasil studi klinis yang menunjukkan bahwa Influenza A menjadi penyebab dominan pasien dewasa dirawat karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dengan masa rawat inap rata-rata 9–10 hari, lebih lama dibandingkan infeksi virus lainnya.
Influenza A disebut menyebabkan gejala berat seperti demam berkepanjangan, batuk lama, dan komplikasi seperti pneumonia sekunder.
Ia meminta pemerintah menjamin ketersediaan obat dan fasilitas kesehatan yang memadai, terutama di daerah padat penduduk.
"Anak kecil dan lansia dilaporkan merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi berat akibat influenza A," ungkapnya.
Puan juga mendorong agar vaksinasi flu difokuskan pada kelompok berisiko tinggi seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit bawaan.
Ia mengimbau masyarakat untuk disiplin menjaga perilaku hidup sehat dan waspada terhadap gejala berat seperti demam tinggi dan sesak napas.
"Meningkatnya kasus influenza di Indonesia, dan termasuk tren di negara tetangga harus menjadi peringatan bagi Indonesia untuk memperkuat sistem surveilans dan sigapnya fasilitas kesehatan di seluruh daerah," katanya.
Ketahanan Sistem Kesehatan Jadi Prioritas
Lebih lanjut, Puan menekankan pentingnya sinergi lintas kementerian dan lembaga, termasuk antara pemerintah pusat dan daerah.
Ia juga meminta perhatian serius terhadap faktor risiko lingkungan seperti polusi udara dan kondisi tempat tinggal yang tidak sehat, yang dapat mempercepat penyebaran virus.
"Peningkatan kasus Influenza A ini menjadi pengingat penting bahwa kita harus terus berinvestasi dalam ketahanan sistem kesehatan nasional," ujarnya.
Menurutnya, sistem kesehatan nasional tidak boleh menganggap remeh penyakit musiman seperti influenza.
"Sistem kesehatan kita harus siap menghadapi penyakit musiman seperti influenza yang sering dianggap ringan, tapi sebenarnya bisa berdampak serius jika diabaikan," pungkas Puan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf