billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Penarik Perahu Rammang-Rammang: Dari Ladang dan Rantau, Kembali Menghidupkan Kampung Lewat Wisata Sungai

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Penarik Perahu Rammang-Rammang: Dari Ladang dan Rantau, Kembali Menghidupkan Kampung Lewat Wisata Sungai
Foto: (Sumber: Pengunjung menikmati suasana di Kampung Berua, kawasan perbukitan karst Rammang-Rammang, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (23/10/2025). ANTARA/Luqman Hakim.)

Pantau - Fardi (40), warga Kampung Massaloeng, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, kini menggantungkan penghasilan dari menjadi penarik perahu wisata di kawasan perbukitan karst Rammang-Rammang.

Menggunakan perahu motor, Fardi mengantar wisatawan menyusuri Sungai Pute sepanjang 3 kilometer menuju Kampung Berua, melewati hutan nipah yang rimbun dan diapit tebing karst menjulang tinggi.

Suasana sungai yang tenang dengan pantulan pepohonan di permukaan air menciptakan keteduhan alami di tengah panorama karst yang megah.

Dari Petani hingga Pekerja Wisata, Hidup Berubah Bersama Arus Sungai

Fardi mulai menjalani profesi ini sejak tahun 2020 sambil tetap bekerja sebagai petani padi dan pencari ikan pada malam hari.

Setiap pagi, ia berangkat usai mengantar anak ke sekolah dan tiba di dermaga sebelum pukul 06.00 untuk menyiapkan perahu.

"Kalau pagi, saya biasa langsung ngecek bensin supaya aman di perjalanan," ungkapnya.

Jika tidak ada wisatawan, Fardi biasanya pulang selepas salat zuhur dan melanjutkan pekerjaan lainnya.

Sekali perjalanan mengantar wisatawan, ia memperoleh sekitar Rp60 ribu setelah dipotong biaya bensin dan iuran dermaga.

Musim ramai wisatawan terjadi pada Oktober hingga akhir tahun, ketika kunjungan meningkat dari wisatawan lokal hingga mancanegara.

"Yang penting ada untuk anak sekolah," katanya, merujuk pada tujuan utamanya bekerja demi pendidikan anak.

Rammang-Rammang Membuka Jalan Pulang dari Rantau

Kisah serupa juga dialami oleh Anas (29), warga Salenrang yang sebelumnya merantau ke Kalimantan karena minimnya lapangan kerja di kampung halaman.

"Dulu enggak ada pekerjaan di sini, jadi merantau ke Kalimantan," ujar Anas.

Setelah mendengar perkembangan pariwisata di Rammang-Rammang, ia memutuskan untuk pulang dan menjadi penarik perahu sambil tetap mengelola tambak ikan dan udang.

Dalam sehari, Anas bisa menjalani satu hingga dua trip tergantung antrean penumpang.

Ia juga membayar iuran dermaga Rp20 ribu setiap kali beroperasi.

Sebagian penghasilannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya.

"Anak saya dua, satu TK, satu baru satu tahun," ungkapnya.

Bagi Anas, pekerjaan ini bukan hanya soal uang, tapi juga kesempatan untuk kembali hidup di tanah kelahiran.

Perahu Jadi Simbol Perubahan Ekonomi Desa

Sebelumnya, kawasan Rammang-Rammang hanya dilewati oleh perahu dayung untuk keperluan transportasi warga.

Kini, perahu-perahu motor kecil menjadi simbol perubahan ekonomi desa seiring berkembangnya kawasan menjadi destinasi wisata.

Kehadiran wisatawan turut mendorong perbaikan fasilitas publik seperti air bersih, listrik, dan akses transportasi.

"Dulu air bersih belum ada, listrik belum masuk. Setelah jadi tempat wisata, semua berubah. Sekarang setiap rumah punya perahu, bahkan ada yang tiga," ujar salah satu warga.

Transformasi ini menjadi bukti bagaimana potensi alam lokal dapat membuka peluang kerja dan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat desa.

Penulis :
Aditya Yohan