Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

DPR Desak Pemerintah Dorong OKI Atasi Krisis Kemanusiaan di Sudan yang Kian Memburuk

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

DPR Desak Pemerintah Dorong OKI Atasi Krisis Kemanusiaan di Sudan yang Kian Memburuk
Foto: Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sukamta di kompleks parlemen, Jakarta (sumber: ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)

Pantau - Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Sukamta, mendesak pemerintah Indonesia untuk mendorong Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) segera mengambil tindakan konkret dalam menyikapi konflik kemanusiaan yang terus memburuk di Sudan.

Sukamta menilai OKI memiliki tanggung jawab moral untuk menghentikan konflik di Sudan karena mayoritas penduduk negara tersebut adalah muslim dan Sudan sendiri merupakan anggota OKI.

"Saya berharap pemerintah Indonesia bisa mendorong OKI untuk segera lakukan pertemuan darurat membahas upaya penghentian konflik di Sudan," ungkapnya.

Krisis Sudan Semakin Parah dan Kompleks

Sukamta menyampaikan keprihatinannya atas konflik yang telah berlangsung selama dua tahun dan telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa serta membuat sekitar 14 juta orang terpaksa mengungsi.

Ia menyebutkan bahwa situasi konflik semakin memburuk akibat aksi pembunuhan massal yang terjadi di berbagai wilayah Sudan.

"Ini mengingatkan peristiwa genosida yang terjadi sebelumnya yang menyasar beberapa etnis di wilayah Darfur pada konflik tahun 2003 hingga 2016," ia mengungkapkan.

Menurutnya, konflik saat ini lebih rumit karena melibatkan dua jenderal bersenjata: Panglima Pasukan Bersenjata Sudan (SAF) Abdel Fattah al Burhan dan Panglima Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Mohamed Hamdan Dagalo.

"Mereka dulu bersekutu, memiliki kekuatan militer yang berimbang, sementara dalam 2 tahun konflik kedua belah pihak terus meningkatkan propaganda kebencian identitas dan kesukuan," ujar Sukamta.

RSF Kuasai El Fasher, Korban Terus Bertambah

Data terbaru menyebutkan bahwa jumlah korban tewas akibat pertempuran di Kota El Fasher, Darfur Utara, telah meningkat menjadi 2.200 orang sejak kota tersebut dikuasai penuh oleh RSF pada 26 Oktober.

Selain itu, lebih dari 393.000 orang dilaporkan telah meninggalkan Kota El Fasher dalam empat hari terakhir akibat eskalasi kekerasan yang terjadi.

El Fasher sendiri merupakan benteng terakhir tentara Sudan di wilayah Darfur dan telah dikepung secara intensif oleh RSF sejak tahun lalu.

Perang saudara di Sudan kini telah memasuki tahun ketiga dan terus melibatkan tentara nasional Sudan serta kelompok paramiliter RSF.

Sukamta menekankan bahwa upaya meredakan konflik dan mendorong gencatan senjata harus dilakukan secara serius agar krisis kemanusiaan tidak semakin memburuk.

Ia juga menilai bahwa Uni Emirat Arab dan Arab Saudi memiliki potensi besar untuk memberi tekanan terhadap para pihak yang bertikai karena kedekatan hubungan mereka dengan militer dan kelompok paramiliter di Sudan.

Penulis :
Shila Glorya