Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Tidak Sehat, DLH Targetkan Tambah 1.000 Sensor Pemantau

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Tidak Sehat, DLH Targetkan Tambah 1.000 Sensor Pemantau
Foto: (Sumber: Arsip foto - Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Kamis (6/3/2025). ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/sgd/Spt/pri.)

Pantau - Pada Selasa pagi, kualitas udara di DKI Jakarta tercatat masuk dalam kategori tidak sehat dan menempati peringkat kedelapan terburuk di dunia, berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir.

Pada pukul 08.26 WIB, indeks kualitas udara (AQI) Jakarta tercatat di angka 129, yang menunjukkan tingkat partikel halus (PM2.5) berada pada level yang berisiko bagi kelompok sensitif.

Kategori ini menunjukkan bahwa udara yang dihirup berpotensi membahayakan manusia atau hewan yang sensitif, serta dapat merusak tanaman dan nilai estetika lingkungan.

Warga Diimbau Kurangi Aktivitas Luar Ruangan

Dengan kondisi tersebut, warga Jakarta disarankan untuk:

  • Menghindari aktivitas di luar ruangan
  • Menggunakan masker jika harus beraktivitas di luar
  • Menutup jendela untuk mencegah masuknya udara kotor dari luar

Pada saat yang sama, kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Lahore, Pakistan (AQI 370), diikuti oleh Delhi, India (AQI 235), dan Kolkata, India (AQI 222).

DLH DKI Tingkatkan Sistem Pemantauan Udara

Menanggapi situasi ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengumumkan rencana peningkatan pemantauan kualitas udara dengan meniru strategi kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok.

Saat ini, Bangkok memiliki sekitar 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) dan Paris memiliki 400 SPKU.

Jakarta kini memiliki 111 SPKU, meningkat signifikan dari sebelumnya hanya 5 unit.

Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyatakan bahwa jumlah SPKU akan terus ditambah agar bisa melakukan intervensi lebih cepat dan akurat terhadap polusi udara.

Asep juga menekankan bahwa keterbukaan data adalah langkah penting untuk memperbaiki kualitas udara secara sistematis.

“Penanganan polusi udara membutuhkan intervensi yang berkelanjutan dan luar biasa, bukan hanya bersifat sesaat,” ujarnya.

Sebagai bagian dari rencana jangka menengah, DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) untuk memperluas jaringan pemantauan dan meningkatkan akurasi data lingkungan.

Penulis :
Aditya Yohan