
Pantau - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan pentingnya peran guru sebagai konselor dalam mencegah peserta didik terpapar terorisme digital, khususnya melalui media sosial dan platform daring.
Kunjungan ke SIC dan Seruan Pencegahan Radikalisme
Penegasan tersebut disampaikan saat kunjungan Abdul Mu’ti ke Sekolah Indonesia Cairo (SIC), Mesir, pada Jumat, 7 November 2025, bertepatan dengan terjadinya insiden bom di salah satu sekolah di Jakarta.
Ia menyatakan bahwa guru tidak hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga pembimbing yang mampu mendeteksi dan menangani potensi radikalisasi pada siswa.
Abdul Mu’ti menyoroti pentingnya memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan pikiran dan pandangannya secara terbuka.
"Tujuannya agar siswa dapat mengeksplorasi gagasan secara kreatif," ungkapnya.
Ia juga menekankan perlunya kemampuan konseling bagi guru agar dapat mengenali gejala keterpaparan ideologi ekstremisme sejak dini.
Tujuh Kebiasaan Baik dan Apresiasi terhadap SIC
Dalam kesempatan yang sama, Abdul Mu’ti mengampanyekan Gerakan Tujuh Kebiasaan Baik Anak Indonesia Hebat yang diinisiasi oleh Kemendikdasmen sebagai bagian dari upaya pembentukan karakter positif siswa.
"Tujuh Kebiasaan Baik Anak Indonesia Hebat ini penting dan perlu terus dibiasakan serta dibudayakan di kalangan siswa karena sangat membantu membentuk karakter dan kepribadian positif," ia mengungkapkan.
Ketujuh kebiasaan tersebut adalah bangun pagi, beribadah, olahraga, makan sehat, rajin belajar, berinteraksi di masyarakat, dan tidur cukup.
Kunjungan ke SIC dilakukan di sela agenda peresmian Program Studi Bahasa dan Sastra di Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al Azhar, Kairo.
Abdul Mu’ti juga menyampaikan kekagumannya terhadap sejarah panjang SIC sebagai lembaga pendidikan Indonesia di luar negeri.
"SIC didirikan 11 tahun setelah Indonesia merdeka, pada 1956, sebagai sekolah Indonesia pertama di luar negeri. Kehadiran SIC berkat kedekatan Bung Karno dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser saat itu," tuturnya.
Ia menambahkan, “Bung Karno sudah memikirkan pendidikan anak-anak Indonesia di luar negeri, khususnya di Mesir, sejak awal kemerdekaan.”
- Penulis :
- Leon Weldrick








