
Pantau - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memasang 19 sensor gempa dan tsunami di wilayah Sulawesi Utara sebagai bagian dari penguatan sistem peringatan dini bencana geologi di daerah rawan.
Perluasan Sensor di Daerah Rawan Gempa
Sebanyak 12 unit sensor gempa dipasang di 12 kabupaten dan kota, sementara tujuh sensor tsunami dipasang di tujuh kabupaten dan kota di wilayah tersebut.
Pemasangan ini bertujuan memperkuat sistem peringatan dini tsunami Indonesia atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), yang terdiri atas jaringan seismograf, tsunami gauge (tide gauge), dan jaringan tsunami buoy.
Jaringan seismograf berfungsi merekam getaran gempa bumi secara real-time dan mengirimkan data ke pusat BMKG untuk dianalisis guna menentukan lokasi, kekuatan, dan potensi tsunami dari gempa yang terjadi.
Saat ini BMKG mengoperasikan sebanyak 551 unit sensor seismograf yang tersebar di seluruh Indonesia.
Alat tsunami gauge digunakan untuk mengukur perubahan tinggi muka air laut setelah gempa, guna memastikan ada atau tidaknya kenaikan permukaan air laut sebagai indikasi tsunami.
Sementara itu, jaringan tsunami buoy bertugas mendeteksi perubahan tekanan air laut di dasar laut dan mengirimkan informasi secara langsung melalui satelit ke pusat data BMKG.
Kembangkan Sistem Peringatan Dini Gempa EEWS
BMKG juga tengah mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi atau Earthquake Early Warning System (EEWS), yang memberikan informasi beberapa detik sebelum guncangan gempa terasa di permukaan.
Sistem ini bekerja dengan mendeteksi gelombang awal gempa (P-wave) untuk memberi jeda waktu yang dapat dimanfaatkan masyarakat dan sistem otomatis seperti kereta api, lift, serta pembangkit listrik untuk mengambil langkah pengamanan.
Provinsi Sulawesi Utara tergolong wilayah rawan gempa karena berada di atas beberapa lempeng aktif utama, yaitu Lempeng Laut Maluku, Laut Sulawesi, dan Laut Filipina.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti







