Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

DKI Jakarta Masih Kekurangan Rumah Sakit Stroke Siaga, Baru 23 dari 27 Kebutuhan Terpenuhi

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

DKI Jakarta Masih Kekurangan Rumah Sakit Stroke Siaga, Baru 23 dari 27 Kebutuhan Terpenuhi
Foto: (Sumber : Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ani Ruspitawati dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) Tingkat Provinsi DKI Jakarta ke-61 Tahun 2025 bertema "Smart City, Healthy People" di Jakarta, Kamis (20/11/2025). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)

Pantau - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan bahwa ibu kota masih membutuhkan empat lagi Stroke Ready Hospital (SRH) untuk memenuhi target ideal sebanyak 27 rumah sakit yang siap menangani kasus stroke secara cepat dan efektif.

Tantangan Kesehatan Perkotaan: Stroke Masih Jadi Ancaman Serius

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 Tingkat Provinsi DKI Jakarta pada Kamis, 20 November 2025, yang mengusung tema “Smart City, Healthy People”.

Saat ini, baru terdapat 23 rumah sakit berstatus SRH di Jakarta, mayoritas di antaranya merupakan rumah sakit swasta.

Salah satu rumah sakit daerah yang telah memenuhi kriteria SRH adalah RSUD Tarakan, bahkan telah mendapatkan standar kualitas internasional WSO Angels Award.

Namun, dari 22 SRH lainnya, belum semuanya mengantongi standar pengakuan internasional tersebut.

WSO Angels Award merupakan penghargaan dari organisasi stroke dunia kepada rumah sakit yang dinilai memiliki komitmen tinggi dan berhasil memberikan layanan perawatan stroke yang berkualitas dan cepat.

Ani menyampaikan bahwa perlu ada percepatan dalam penyediaan SRH demi menjawab tantangan kesehatan yang semakin kompleks di wilayah urban.

"Ini sesuatu yang harus kami isi kesenjangannya," ujarnya.

Prevalensi Stroke Tinggi, Kebutuhan Fasilitas Siaga Mendesak

SRH dirancang sebagai fasilitas kesehatan dengan protokol khusus, tim medis terlatih, peralatan memadai, dan sistem penanganan cepat untuk pasien stroke.

Langkah ini menjadi sangat penting mengingat stroke masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar secara global, dengan angka kematian mencapai setidaknya 7 juta jiwa setiap tahunnya.

Di tingkat nasional, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stroke mencapai 8,3 persen.

Sementara itu, di DKI Jakarta yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 11,7 juta jiwa, tercatat sebanyak 24.981 kasus stroke berdasarkan diagnosis dokter.

Dengan jumlah kasus yang signifikan tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dihadapkan pada tantangan besar untuk memastikan setiap pasien stroke mendapatkan penanganan darurat yang tepat waktu demi mengurangi angka kematian dan kecacatan.

Penulis :
Aditya Yohan