Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Tiket Pesawat Mahal Hambat Pariwisata Bali, NTB, dan NTT, Gubernur Tiga Provinsi Sepakat Lakukan Perjuangan Bersama

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Tiket Pesawat Mahal Hambat Pariwisata Bali, NTB, dan NTT, Gubernur Tiga Provinsi Sepakat Lakukan Perjuangan Bersama
Foto: (Sumber : Sejumlah turis asing tiba di terminal kedatangan Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (26/7/2025)(. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/rwa).)

Pantau - Harga tiket pesawat yang terus melonjak menjadi persoalan berulang di Indonesia dan kembali memicu keluhan dari berbagai daerah, khususnya di kawasan timur seperti Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi daerah.

Dampak Luas Tiket Mahal: Wisata Lesu, UMKM Tertekan

Tingginya harga tiket pesawat berdampak langsung terhadap menurunnya minat wisatawan, lesunya industri pariwisata, serta penurunan kinerja UMKM lokal.

Kondisi ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun dan semakin terasa pada masa pemulihan pascagempa dan pascapandemi.

Harga tiket rute Jakarta–Lombok tercatat pernah mencapai dua hingga empat juta rupiah untuk perjalanan pulang pergi.

Sementara itu, harga tiket Bali–Lombok bisa melampaui satu juta rupiah untuk sekali jalan.

Kebijakan bagasi berbayar juga turut memperberat beban wisatawan, menurunkan minat belanja, dan melemahkan daya saing daerah tujuan wisata.

Akibatnya, wisatawan enggan bepergian, dan perputaran ekonomi dari pergerakan manusia ikut tersendat.

Data dari Badan Promosi Pariwisata Daerah mencatat bahwa tiket mahal menyebabkan penurunan penjualan paket wisata, tingkat hunian hotel, transaksi UMKM, hingga lesunya pusat oleh-oleh.

Bahkan beberapa pengusaha perjalanan terpaksa menutup usahanya karena tidak mampu bertahan menghadapi tekanan ongkos tiket dan bagasi.

Bali, NTB, dan NTT Lakukan Kolaborasi untuk Keadilan Akses Udara

Menanggapi situasi ini, Gubernur Bali, NTB, dan NTT sepakat untuk menjalin kerja sama strategis guna memperjuangkan harga tiket pesawat yang lebih terjangkau.

Langkah kolaboratif ini menjadi bentuk kesadaran kolektif atas pentingnya konektivitas udara sebagai fondasi utama pengembangan ekonomi dan pariwisata di kawasan timur Indonesia.

Kerja sama ini juga merupakan bentuk aktualisasi identitas sejarah “Sunda Kecil” dalam format kerja sama regional modern.

Langkah bersama ini diharapkan menjadi titik balik untuk menyusun strategi konektivitas udara yang lebih berkeadilan bagi masyarakat dan lebih kompetitif bagi wisatawan.

Ketiga provinsi ini berada di jalur wisata internasional sekaligus menjadi pintu gerbang wisata domestik, namun sangat bergantung pada transportasi udara karena terbatasnya moda alternatif, terutama di wilayah kepulauan seperti NTT.

Di NTB, dampak harga tiket mahal dirasakan setelah gempa 2018 dan masa pandemi COVID-19, yang membuat wisatawan menurun drastis.

Destinasi seperti Labuan Bajo, Sumba, dan Kupang di NTT juga menghadapi tantangan serupa, di mana tingginya harga tiket menghambat mobilitas masyarakat dan wisatawan, meskipun kawasan tersebut tengah dikembangkan sebagai destinasi premium.

Industri pariwisata yang masih dalam tahap pemulihan kini harus menghadapi tekanan pasar yang makin berat, sehingga upaya kolaboratif lintas daerah menjadi sangat penting untuk keberlanjutan sektor ini.

Penulis :
Ahmad Yusuf