Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Dari Tanah Menuju Cangkir: Menelusuri Jejak Kopi dari Warung Tradisional hingga Kafe Modern

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Dari Tanah Menuju Cangkir: Menelusuri Jejak Kopi dari Warung Tradisional hingga Kafe Modern
Foto: (Sumber : Pengunjung mencoba kopi lokal pada Semarang Coffee Week 2025 di Mal Ciputra Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/11/2025). Semarang Coffee Week 2025 yang digelar pada 26–30 November itu bertujuan untuk mempertemukan penikmat dan pelaku UMKM industri kopi melalui pameran kopi Nusantara serta racikan roaster nasional maupun internasional guna membuka peluang kolaborasi dan memperluas wawasan pasar. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/tom..)

Pantau - Di Indonesia, kopi bukan sekadar minuman, melainkan bahasa universal yang menghubungkan warung tua di sudut kota, deretan kafe ibu kota, hingga dapur sederhana yang menyeduhnya perlahan sebelum fajar.

Kopi sebagai Budaya, Bukan Sekadar Pelepas Kantuk

Aroma kopi bisa ditemukan di berbagai tempat: warung yang buka sejak subuh di Banda Aceh, kafe Jakarta yang tak pernah tidur, atau dapur kecil di Bandung saat air mulai mendidih.

Uap panas dan rasa pahit yang lembut dari secangkir kopi sering kali membuat orang duduk lebih lama dari yang mereka rencanakan.

Kopi telah lama hadir sebagai teman sunyi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, jauh sebelum menjadi komoditas industri atau gaya hidup.

Di Aceh, kopi disajikan sebagai “sanger”, disaring berulang kali menggunakan kain tipis dan diangkat tinggi sebelum dituangkan ke dalam gelas bening.

Di Pontianak, kopi tubruk disajikan dengan teko besar berleher panjang, biasanya ditemani roti sarikaya yang lembut di kedai ramai.

Di Toraja, secangkir kopi menjadi simbol kehangatan keluarga dan bagian dari ritual yang mengakar dalam tradisi lokal.

Di Yogyakarta, kopi klotok dimasak dengan cara merebus kopi dan air secara bersamaan dalam panci, menciptakan aroma kuat dan rasa pekat yang khas.

Di Banyuwangi, kopi bukan hanya kebiasaan, tapi juga identitas budaya yang dirayakan dalam festival-festival tahunan.

Setiap Biji Kopi Menyimpan Cerita Alam dan Lingkungan

Perjalanan kopi dari tanah menuju cangkir dimulai dalam kesunyian, melalui tahapan panjang yang setiap detailnya memengaruhi cita rasa akhir.

Kopi adalah tanaman yang menyerap karakter lingkungan sekitarnya: dari tanah vulkanik, dedaunan yang gugur, aroma kebun jeruk, hingga mikroba yang terbawa angin.

Cita rasa khas kopi Kintamani hadir karena pohon jeruk yang tumbuh di sekitarnya, memberi rasa asam jeruk yang segar.

Kopi dari Lampung membawa nuansa cokelat lembut dari tanah kaya sisa-sisa pohon kakao.

Sementara kopi Temanggung menyimpan aroma khas daun tembakau yang tumbuh berdampingan di kebun-kebun petani.

Setiap biji kopi merekam jejak lingkungan tempatnya tumbuh—tanpa menyembunyikannya, justru memperlihatkannya dalam setiap seduhan.

Penulis :
Ahmad Yusuf