
Pantau - Anggota Komisi V DPR RI, Teguh Iswara Suardi, melakukan Kunjungan Kerja Reses di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada 14 Desember 2025 untuk memastikan kesiapan menghadapi libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Keselamatan Jadi Prioritas Utama
Teguh menegaskan bahwa keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama dalam penyelenggaraan arus Nataru.
Ia menyatakan bahwa di tengah meningkatnya mobilitas masyarakat dan ancaman cuaca ekstrem, negara tidak boleh lengah.
"Negara harus hadir secara nyata melalui sistem kesiapsiagaan yang terintegrasi dan responsif," ungkapnya.
Teguh mengapresiasi langkah Basarnas yang telah membentuk unit-unit siaga di tingkat kabupaten, khususnya di wilayah yang rawan bencana.
Ia menekankan bahwa efektivitas unit siaga akan lebih optimal jika diperkuat dengan koordinasi lintas sektor.
"Akan jauh lebih efektif jika unit siaga Basarnas terintegrasi dengan Kementerian PUPR, perhubungan, dan kepolisian. Dengan koordinasi yang jelas, penanganan di lapangan bisa lebih cepat, tepat, dan terukur," ujarnya.
Teguh juga menyoroti pentingnya kesiapan posko-posko terpadu yang ditetapkan berdasarkan analisis dan simulasi risiko.
Menurutnya, posko tidak boleh menjadi formalitas semata, tetapi harus benar-benar siap menghadapi kondisi darurat.
"Posko itu bukan simbol. Harus dilengkapi fasilitas yang memadai, termasuk layanan kesehatan, khususnya bagi ibu hamil dan kelompok rentan. Ini menyangkut keselamatan nyawa," tegasnya.
Soroti Kelelahan Pengemudi dan Edukasi Cuaca
Selain itu, Teguh menyoroti persoalan kelelahan pengemudi sebagai salah satu pemicu utama kecelakaan lalu lintas selama masa libur panjang.
Ia menyatakan bahwa kantong-kantong parkir dan rest area sangat penting, terutama di Pulau Jawa yang menjadi pusat arus mudik dan balik Nataru.
"Pengemudi butuh ruang untuk berhenti dan beristirahat. Kantong parkir dan rest area ini bukan fasilitas tambahan, tapi kebutuhan mendasar untuk mencegah kecelakaan akibat kelelahan," ia mengungkapkan.
Teguh juga menyampaikan bahwa cuaca ekstrem yang kerap terjadi saat Nataru kini harus dianggap sebagai situasi new normal.
Ia meminta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memperkuat edukasi dan peringatan dini kepada masyarakat.
Pendekatan edukasi, menurutnya, harus dilakukan secara lebih kreatif dan masif.
"Edukasi cuaca tidak bisa lagi dilakukan secara biasa. Harus out of the box, memanfaatkan media sosial, media konvensional, bahkan pesan langsung seperti WhatsApp blast agar informasi benar-benar sampai ke masyarakat," ujarnya.
Teguh berharap pelaksanaan Nataru tahun ini dapat berlangsung aman, lancar, dan mampu menekan risiko kecelakaan seminimal mungkin.
Menurutnya, hal itu hanya bisa tercapai melalui penguatan sinergi antarinstansi, kesiapan infrastruktur, dan peningkatan kesadaran publik.
- Penulis :
- Arian Mesa








