Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

DPR Minta Langkah Darurat Atasi Stunting Anak Korban Bencana di Sumatera

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

DPR Minta Langkah Darurat Atasi Stunting Anak Korban Bencana di Sumatera
Foto: (Sumber: Arsip foto - Anak-anak korban bencana mengikuti program pemulihan trauma di Pidie Jaya, Aceh, Selasa (9/12/2025). ANTARA/HO-Humas BKKBN Aceh.)

Pantau - Anggota Komisi IX DPR RI Neng Eem Marhamah Zulfa meminta pemerintah segera mengambil langkah darurat untuk mengatasi stunting pada anak-anak di daerah terdampak bencana banjir dan longsor di Sumatera.

Neng Eem menyatakan keprihatinannya atas ditemukannya anak-anak korban bencana yang mengalami stunting di lokasi pengungsian.

Ia menilai kasus stunting tersebut berpotensi menjadi fenomena gunung es karena data di lapangan kemungkinan belum sepenuhnya terungkap.

Menurutnya, pemerintah perlu melakukan penanganan yang cepat, menyeluruh, dan terintegrasi agar masalah stunting pascabencana tidak semakin meluas.

Stunting dinilai tidak hanya berdampak pada kesehatan jangka pendek, tetapi juga memengaruhi tumbuh kembang, kecerdasan, serta kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Penurunan angka stunting disebut sebagai salah satu target penting pemerintah dalam beberapa tahun ke depan.

Anak Paling Rentan dalam Situasi Bencana

Neng Eem menegaskan bahwa anak-anak merupakan kelompok paling rentan dalam situasi bencana.

Pemenuhan kebutuhan dasar anak harus menjadi prioritas utama dalam penanganan bencana.

Ia meminta agar bantuan makanan khusus bagi bayi dan balita di pengungsian segera disalurkan.

Kebutuhan gizi anak disebut tidak dapat disamakan dengan orang dewasa dan memerlukan perlakuan khusus.

Selain bantuan pangan, penguatan layanan kesehatan anak di pengungsian juga dinilai mendesak.

Layanan tersebut meliputi pemantauan status gizi secara rutin, pendampingan bagi ibu, serta ketersediaan tenaga medis dan ahli gizi.

Akses Terbatas dan Temuan IDAI

Penanganan stunting dinilai harus mencakup pemenuhan gizi, layanan kesehatan, serta perlindungan anak secara menyeluruh.

Negara diminta tidak abai terhadap masa depan anak-anak korban bencana.

Di sisi lain, akses menuju wilayah terdampak banjir dan longsor di Sumatera masih dilaporkan sulit.

Kendala akses tersebut menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan dan berdampak langsung pada pemenuhan kebutuhan pangan di pengungsian.

Bayi dan balita menjadi kelompok yang paling terdampak akibat keterbatasan bantuan.

Ikatan Dokter Anak Indonesia melaporkan sedikitnya 13 anak mengalami stunting pascabencana banjir dan longsor di Sumatera.

Temuan IDAI tersebut dinilai sebagai peringatan serius terkait kondisi gizi anak-anak di lokasi pengungsian.

Penanganan segera dinilai sangat dibutuhkan untuk mencegah bertambahnya kasus stunting pascabencana.

Penulis :
Aditya Yohan