Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menristek Ingin Ada 'Penjualan' Nuklir untuk Masyarakat, Maksudnya?

Oleh Lilis Varwati
SHARE   :

Menristek Ingin Ada 'Penjualan' Nuklir untuk Masyarakat, Maksudnya?

Pantau.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyatakan teknologi nuklir dapat membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Namun sebelum itu, menurut Bambang, pemerintah perlu melakukan upaya agar nuklir bisa diterima masyarakat.

"Saatnya kita memperjuangkan nuklir dahulu, bagaimana agar nuklir bisa lebih diterima masyarakat. Tidak hanya sebagai pembangkit listrik tapi bisa juga membuat hasil pertanian atau industri menjadi lebih produktif tapi tetap aman," katanya ketika melalukan kunjungan di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan pada Senin (4/11/2019).

Baca juga: Pengamat Nilai Pemisahan Kemenristek dan Dikti Telah Tepat

Bambang menyatakan nuklir memiliki peran multi dimensi yang membuatnya bisa dimanfaatkan dalam berbagai sektor yang bisa menambah efisiensi dan produktivitas. Karena itu nuklir dapat berperan untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan, mengurangi pengangguran dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, ujar mantan kepala Bappenas tersebut, harus ada langkah "menjual" nuklir untuk membantu masyarakat menerima peran nuklir di masa depan, termasuk untuk memproduksi varietas pertanian.

Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memang telah menciptakan beberapa varietas padi yang lebih cepat panen seperti Rojolele Srinar dan Srinuk yang dapat dipanen dalam waktu 122 hari, dibandingkan 150 hari yang dibutuhkan Rojolele biasa.

Baca juga: Iran Soal Perjanjian Nuklir 2015: Uni Eropa Gagal Total!

Hasil itu didapat setelah Batan memperbaiki varietas biasa dengan sinar gamma pada dosis 200 Gy.

Dari fakta tersebut, ujar Bambang, maka dapat disimpulkan produktivitas meningkat dan berimplikasi pada kesejahteraan petani.

"Beberapa produk (Batan) harus dipromosikan karena langsung berimplikasi kepada kehidupan petani. Jangan lupa, bahwa di dalam kelompok masyarakat miskin Indonesia yang jumlah masih 25 juta itu adalah mayoritas petani dan nelayan," kata Bambang.

Penulis :
Lilis Varwati