HOME  ⁄  News

Ini Awal Mula Cerita Wanita Surabaya jadi Korban Teror Teman SMP Selama 10 Tahun

Oleh Nur Nasya Dalila
SHARE   :

Ini Awal Mula Cerita Wanita Surabaya jadi Korban Teror Teman SMP Selama 10 Tahun
Foto: Ilustrasi teror. (Freepik)

Pantau - Viral di media sosial X, seorang perempuan asal Surabaya menjadi korban teror teman sekelasnya saat di bangku SMP. Dia mengaku telah diganggu oleh temannya selama 10 tahun melalui media sosial.

"Bener-bener kuwesel ya allaahhh 10 tahun aku di obsesi adi pradita arek smpn 34 surabaya. Konco sak kelas sing ngiro aku baper ambek de e pdahal aku ancen extrovert dan peduli nang arek kelas. Kesel di ganggu 10 tahun orepku (benar-benar lelah ya Allah, 10 tahun jadi obsesi AP, anak SMPN 34 Surabaya. Teman satu kelas yang mengira saya punya perasaan dengan dia, padahal saya memang ekstrovert dan peduli anak kelas, capek diganggu 10 tahun hidupku)" tulis korban dalam akun X-nya @runeh_

Lebih lanjut, dia juga menjelaskan dirinya menerima sejumlah foto yang tidak senonoh hingga ancaman bunuh diri dari pelaku.

"Nggawe ratusan akun IG, Twitter, opo maneh. Ngirimi PAP (diduga pornografi) ngilokno aku lonte. Wes dijak ngomong secara manusia gaisok, diparani yo mbidek, sek gak kapok2. Ngancem bunuh diri yo gak dilakoni. 10 tahun lo iki kon ganggu orepku (Membuat ratusan akun Instagram, Twitter, apa lagi. Mengirim foto tidak senonoh dan mengolok saya. Sudah diajak ngobrol secara manusia tapi tidak bisa, dihampiri pun abai, masih tidak kapok-kapok. Mengancam mau bunuh diri tapi ya tidak dilakukan. 10 tahun hidupku ini kamu ganggu)," tambahnya.

Awal Mula Kasus Teror

Korban bercerita awal mula dirinya menjadi korban teror selama 10 tahun. Hal itu bermula karena dirinya memberikan uang sebesar Rp 5.000 kepada pelaku yang bernama AP.

"Saya mengalami pelecehan dan peneroran lebih dari 10 tahun oleh teman saya SMP. Awalnya saya niat baik dan saya ekstrovert, tapi dia introvert sekali. Ternyata kebaikan saya disalahartikan oleh dia dan dikira saya suka sama dia," kata korban di Polda Jatim, Jumat (17/5/2024).

Dia menerangkan, terdapat ratusan akun media sosial yang dibuat AP yang mengandung pelecehan seksual.

"Ada banyak, 440 akun di Twitter untuk meneror saya, di Instagram juga. Saya sampai kehilangan banyak Instagram (untuk menghindari AP). Tapi tidak hanya pembuatan akun, isi akunnya juga ada pelecehan seksual verbal dan foto juga," jelasnya.

Selain itu, korban bercerita bahwa pelaku tak tanggung-tanggung mengancam akan membunuh pria yang mendekati dirinya.

"Pengancaman juga ada, ketika saya ada yang dekati itu diancam akan dibunuh oleh dia dan menurut saya itu yang paling parah. Dia obsesi sama saya, kadang jujur dan kadang denial, jadi ya susah. Dia itu posesifnya kalau ada cowok yang dekat sama saya akan dibunuh, dia pun mengakui," terangnya.

Dia mengaku tidak pernah mengalami pelecehan seksual secara langsung, namun dirinya menerima sejumlah foto berbau pelecehan melalui media sosial hingga membuat korban ketakutan dan tersiksa.

"Dia kirim foto lewat DM Instagram, di 2018 tahun terhancur dan tersiksa hidup saya. 2020 saya gregetan dan samperin dia dan itu yang terakhir saya ketemu dia. Yang berbau porno itu berbentuk foto dan difantasikan ke (foto) badan saya," ungkap korban.

Saat itu, pelaku melakukan tindakan teror secara langsung dengan datang ke rumah korban. Pelaku bahkan pernah mengirim surat cinta dan menunggu di depan rumah korban selama berjam-jam.

Dia juga mengatakan tidak memahami prosedur atau mekanisme untuk melaporkan kasus tersebut kepada pihak berwenang.

"Pernah datang ke rumah, di 2018 pernah lempar jam tangan mati ada surat cinta jam 06.00 WIB. Lalu, pernah juga jam 01.00 dini hari sampai jam 04.00 subuh pernah menunggu berdiri di dekat rumah saya. Lalu, dia pernah perjalanan ke rumah saya tapi saya cegah di dekat masjid rumah saya, apalagi dia sempat nge-tweet kalau dia akan ke rumah saya," terangnya.

"Saya anak yatim, almarhum ayah saya adalah nakhoda buat saya. Sebelumnya saya tidak tahu arahnya kalau lapor dan prosesnya bagaimana, sedangkan saya harus melindungi ibu saya dan saya juga sudah curhat ke mereka," ungkapnya.

Korban juga mengaku telah menolak AP dengan berbagai cara, mulai dari cara baik-baik hingga cara kasar.

"Saya sudah pernah menolak dia dan dia sempat confess di 2014 sampai 2015, tapi sudah saya tolak dengan cara baik-baik dan cara kasar juga tidak bisa, tapi berlanjut sampai sekarang," imbuhnya.

Bahkan, korban dan pelaku telah mencoba upaya mediasi, tetapi upaya tersebut tidak berhasil.

"Baik dengan keluarga dan mantan-mantan kekasih saya juga sudah (pernah bertemu dan berusaha dimediasi), jadi susah sekali dikasih tahu kalau saya tidak suka," ujar dia.

Korban akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah hukum dengan melaporkan peristiwa teror tersebut ke Subdit Siber Ditreskrimsus Polda Jatim.

Diketahui, Kasubdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jatim AKBP Charles P. Tampubolon mengatakan telah mengamankan terduga pelaku di rumahnya.

"Untuk terduga sudah kita amankan yang bersangkutan di rumahnya, tidak ada perlawanan," kata Charles, Minggu (19/5/2024).

Charles menjelaskan setelah korban melapor dan melakukan pemeriksaan, polisi langsung mendatangi rumah terduga pelaku.

"Setelah itu profiling terduga dan kami melakukan penjemputan terduga di rumahnya di Surabaya, kami masih melakukan pemeriksaan (AP)," ujar Charles.

Penulis :
Nur Nasya Dalila
Editor :
Nur Nasya Dalila