
Pantau - Sebanyak 800 warga Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, terpaksa mengungsi akibat bentrokan antar-pendukung pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Puncak Jaya nomor urut 1 dan 2. Bentrokan ini dipicu oleh ketidakpuasan atas hasil Pilkada Serentak 2024 yang masih dalam sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK).
Warga Mengungsi ke Beberapa Titik
Kapolres Puncak Jaya, AKBP Kuswara, menyampaikan bahwa para pengungsi, yang mayoritas adalah wanita, anak-anak, dan lansia, kini tersebar di beberapa lokasi aman seperti Mapolres Puncak Jaya, Kodim 1714/Puncak Jaya, serta gereja GIDI.
Sebagian pengungsi berasal dari Distrik Pegeleme dan sekitarnya. Namun, sejak Jumat siang, situasi mulai kondusif, dan beberapa warga—terutama laki-laki dewasa—sudah kembali ke rumah masing-masing. Aktivitas ekonomi pun perlahan kembali normal dengan sejumlah warung dan kios mulai beroperasi kembali.
Baca Juga:
Polisi Kumpulkan Bukti-Bukti Terkait Bentrokan di Tugu Trikora Ambon
Upaya Pengamanan Ditingkatkan
Guna mencegah bentrokan susulan, aparat kepolisian bersama TNI meningkatkan patroli skala besar serta melakukan razia senjata tajam dan senjata tradisional. Kapolda Papua Tengah juga menginstruksikan patroli dialogis guna memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memperkeruh suasana.
"Mudah-mudahan situasi kondusif dapat terus terjaga hingga putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa pilkada diumumkan," ujar AKBP Kuswara.
Korban dan Dampak Bentrokan
Bentrokan antara pendukung paslon Yuni Wonda-Mus Kogoya dan Miren Kogoya-Wendi sebelumnya telah menyebabkan satu orang meninggal dunia, 131 orang mengalami luka-luka, serta 32 rumah dibakar.
Hingga kini, aparat keamanan terus berupaya menenangkan situasi dan memastikan keselamatan warga di tengah ketegangan politik yang masih berlangsung.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah