
Pantau - Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) mengajak puluhan mahasiswa internasional dan nasional untuk belajar langsung tentang kesehatan kerja dan lingkungan melalui program International Summer Course on Interprofessional Healthcare di Desa Batik Giriloyo, Wukirsari, Bantul, DIY.
Kolaborasi Global untuk Promosi Kesehatan Kerja di Sektor Informal
Program ini merupakan hasil kerja sama antara FK-KMK UGM dan Vrije Universiteit Medical Center, Belanda, dan telah berlangsung selama satu dekade.
Wakil Dekan FK-KMK UGM, dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D menyatakan kegiatan ini bertujuan membekali mahasiswa dengan pemahaman praktis tentang risiko kesehatan kerja, terutama di sektor informal seperti industri batik.
Data ILO menyebutkan bahwa lebih dari 2,9 juta pekerja dunia meninggal setiap tahun akibat kecelakaan atau penyakit kerja, sementara Kementerian Ketenagakerjaan mencatat lebih dari 265.000 kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2022.
dr. Dwi Aris Agung Nugrahaningsih, Ketua Tim Internasionalisasi FK-KMK UGM, menuturkan bahwa mahasiswa sebelumnya telah mengikuti perkuliahan selama tiga hari sebelum turun ke lapangan.
Di lokasi, mereka mengidentifikasi faktor risiko seperti paparan bahan kimia dan posisi duduk tidak ergonomis yang dialami para pembatik.
Setelah observasi, peserta diminta menyusun rekomendasi, termasuk pengaturan durasi kerja, penggunaan alat pelindung diri, dan pola kerja sehat.
Kesehatan Lingkungan dan Budaya Lokal Jadi Bagian Pembelajaran Lapangan
Selain observasi, para mahasiswa tinggal di rumah warga, mengikuti kegiatan Puskesmas, dan mengenal budaya masyarakat sekitar.
dr. Drs. Abdul Wahab, MPH selaku Koordinator Kegiatan Komunitas UGM menyampaikan bahwa pendekatan ini memperkaya pemahaman mahasiswa terhadap konteks sosial dan budaya kesehatan.
Vena Jaladara, SKM., MPH dari Departemen Perilaku Kesehatan UGM menekankan pentingnya perlindungan keselamatan kerja di sektor informal, mengingat para pembatik kerap bekerja tanpa perlindungan hukum dan pengelolaan limbah yang memadai.
Tiyastiti Suraya, pengelola Kampung Batik Giriloyo, menjelaskan bahwa kampung ini telah diakui sebagai desa wisata terbaik dunia pada 2024.
Michelle, peserta dari Belanda, mengungkapkan bahwa membatik adalah proses panjang dengan posisi duduk tidak ergonomis, dan menyarankan olahraga ringan sebagai solusi, yang disepakati oleh peserta lain seperti Johan dan Luwam.
Program ini mengusung tema “Promoting Resilient Workplaces and Sustainable Environments for Global Health Equity”, dan menegaskan bahwa kesadaran akan pentingnya kesehatan harus dimulai dari lingkungan kerja dan masyarakat, bukan hanya dari rumah sakit.
- Penulis :
- Gerry Eka








