Pantau Flash
HOME  ⁄  Otomotif

Pengamat soal BBM Naik-Turun: Harus Dipahami Sebagai Komoditas Nonsubsidi, Itu Sangat Lumrah

Oleh Sofian Faiq
SHARE   :

Pengamat soal BBM Naik-Turun: Harus Dipahami Sebagai Komoditas Nonsubsidi, Itu Sangat Lumrah
Foto: ilustrasi SPBU - tangkapan layar

Pantau - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Analis Kebijakan Indonesia (AAKI) Trubus Rahadiansyah meminta masyarakat agar memahami harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi yang berfluktuasi atau naik-turun. Menurutnya, BBM naik-turun adalah hal wajar.

"Ini yang harus dipahami publik, bahwa sebagai komoditas nonsubsidi, sangat lumrah jika harga seri Pertamax naik atau turun. Mengikuti harga keekonomian. Kalau tiba-tiba naik, masyarakat tak perlu resah begitu pula kalau turun seperti sekarang, tidak usah menduga-duga," kata Trubus seperti dalam keterangannya, Senin (2/9/2024).

Trubus menyatakan sebagai komoditas nonsubsidi, seri Pertamax mengikuti harga pasar, ketika komponen yang berpengaruh seperti minyak dunia mengalami penurunan harga maka sangat wajar kalau Pertamina juga menurunkan harga BBM tersebut.

"Ini yang harus dipahami publik, bahwa sebagai komoditas nonsubsidi, sangat lumrah jika harga seri Pertamax naik atau turun. Mengikuti harga keekonomian. Kalau tiba-tiba naik, masyarakat tak perlu resah begitu pula kalau turun seperti sekarang, tidak usah menduga-duga," ujarnya.

Baca juga: Jokowi Sebut Rencana Pembatasan BBM Bersubsidi Masih Sosialisasi

Menurut dia, Pertamina pasti memperhitungkan dengan seksama sebelum memutuskan kebijakan penyesuaian harga BBM nonsubsidi, termasuk kaitannya dengan dua komponen yang cukup berpengaruh, yakni harga minyak mentah dunia (crude oil) dan nilai tukar mata uang.

Analis kebijakan publik Universitas Trisakti itu meminta masyarakat agar bisa membedakan, antara komoditas subsidi seperti Pertalite dan nonsubsidi seperti seri Pertamax.

"Untuk yang nonsubsidi, kalau harga minyak dunia naik misalnya, Pertamina tentu tidak bisa terus menahan agar harga tetap. Bisa berpengaruh pada kondisi finansial perusahaan," tuturnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, masyarakat juga harus tahu ketika sejak Maret harga minyak dunia terus melonjak, di sisi lain Pertamina baru menaikkan harga Pertamax pada pertengahan Agustus 2024.

"Artinya, meski dituntut mencari untung, Pertamina ternyata terus memperhatikan faktor daya beli masyarakat," ucapnya.

Baca juga: Harga BBM di Sejumlah SPBU Turun Mulai 1 September 2024

Terkait kebijakan Pertamina dalam menyesuaikan harga BBM nonsubsidi, Trubus juga menilai baik sebab perusahaan selalu memberikan informasi kepada masyarakat, baik melalui website maupun media massa.

Namun, tambahnya, untuk SPBU-SPBU di daerah perlu diperbanyak informasinya bisa melalui spanduk-spanduk yang terbaca jelas oleh masyarakat, hal itu sangat penting sebab, masyarakat di daerah biasanya sering mengalami misinformasi.

"Jika harga naik misalnya, kondisi tersebut berpotensi memicu konflik antara konsumen dan petugas SPBU," imbuhnya.

Per 1 September 2024, PT Pertamina (Persero) resmi menurunkan harga BBM nonsubsidi. Dengan penurunan harga tersebut maka harga BBM Pertamina dinilai tetap paling kompetitif.

Untuk wilayah Jawa, Bali, NTT, NTB harga Pertamax turun jadi Rp 12.950 per liter yang mana pada pertengahan Agustus 2024 sebesar Rp13.700 per liter.

BBM jenis Pertamax Green dari harga Rp15.000 turun menjadi Rp13.650 per liter, Pertamax Turbo dari Rp15.450 menjadi Rp14.475 per liter, Pertamina Dex dari Rp15.650 turun jadi Rp14.550 per liter dan Dexlite dari Rp15.350 menjadi Rp14.050 per liter.

Penulis :
Sofian Faiq